kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak kompak menguat 1%, Brent kian dekati US$ 60 per barel


Senin, 08 Februari 2021 / 12:06 WIB
Harga minyak kompak menguat 1%, Brent kian dekati US$ 60 per barel
ILUSTRASI. harga minyak mentah naik 1% di siang ini


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah menguat pada perdagangan awal pekan ini dengan Brent yang kian dekat dengan level US$ 60 per barel. Penguatan harga minyak didorong oleh pengurangan pasokan di antara produsen utama dan harapan untuk langkah selanjutnya pada stimulus ekonomi Amerika Serikat (AS) yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan.

Senin (8/2) pukul 12.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontak pengiriman April 2021 menyentuh level tertinggi di US$ 59,95 per barel, sebelum kembali ke US$ 59,91 per barel. Ini membuat harga Brent naik 1% dibanding penutupan Jumat (5/2) di US$ 59 per barel.

Sementara itu, harga minyak berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Maret 2021 naik 59 sen, atau 1% menjadi US$ 57,44 per barel, tertinggi sejak Januari tahun lalu.

Janji Arab Saudi untuk pengurangan pasokan ekstra pada Februari dan Maret didukung oleh pengurangan oleh anggota lain dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, membantu menyeimbangkan pasar global dan mendukung harga minyak untuk terus memanas.

Baca Juga: Harga minyak menguat pada awal perdagangan Senin (8/2) disokong ketatnya pasokan

Sebagai tanda bahwa pasokan sedang diperketat, spread harga Brent enam bulan sebesar US$ 2,33 per barel pada hari Jumat, setelah mencapai tertinggi US$ 2,44 per barel atau spread paling lebar dalam satu tahun.

Ekonom OCBC Howie Lee mengatakan, eksportir utama dunia Arab Saudi mengirimkan "sinyal yang sangat bullish" pekan lalu ketika mempertahankan harga minyak mentah bulanan ke Asia dengan tidak berubah meskipun ada ekspektasi pemotongan kecil.

"Saya tidak berpikir ada orang yang berani melakukan short market ketika Saudi seperti ini," tambahnya.

Investor kini fokus pada perkiraan pemulihan permintaan minyak, yang diprediksi analis akan terjadi pada paruh kedua tahun ini. Hal tersebut mengabaikan pelemahan permintaan jangka pendek yang saat ini terjadi karena penguncian yang dilakukan di seluruh bagian Eropa dan Asia akibat dari lonjakan virus corona, kata Lee.

Dolar yang lebih lemah terhadap sebagian besar mata uang juga mendukung komoditas, terutama komoditas yang diperdagangkan dalam denominasi dolar AS. 

Baca Juga: Tembus US$ 56,85 per barel, harga minyak WTI sentuh level tertinggi setahun terakhir

"Laporan pekerjaan AS yang lemah mendorong harapan langkah-langkah stimulus lebih lanjut," kata analis ANZ, menambahkan bahwa produk energi dan logam industri diuntungkan dari meningkatnya selera risiko di antara investor.

Sementara itu, harga minyak mentah yang lebih kuat mendorong produsen AS untuk meningkatkan produksi.

Hitungan rig minyak AS, indikator awal produksi di masa depan, naik ke level tertinggi sejak Mei pekan lalu, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.

Selanjutnya: IHSG menguat 0,96% ke 6.210 pada sesi I hari ini, asing lepas saham MEDC, INCO, ICBP

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×