Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak melonjak tajam setelah Uni Eropa menjabarkan rencana untuk menghentikan impor minyak Rusia. Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran tentang ketatnya pasar karena Uni Eropa perlu memburu pasokan yang memadai.
Rabu (4/5), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2022 ditutup naik US$ 5,17 atau 4,9% menjadi US$ 110,14 per barel.
Setali tiga unag, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2022 ditutup di level US$ 107,81 per barel, melesat US$ 5,40 atau 5,3%.
Harga minyak mentah acuan terus meningkat selama dua bulan terakhir setelah invasi Rusia ke Ukraina. Sampai saat ini, Uni Eropa enggan untuk sepenuhnya memotong impor minyak dan gas Rusia, dan rencananya masih tidak menyarankan larangan penuh untuk semua anggota Uni Eropa.
Asal tahu saja, Eropa mengimpor sekitar 3,5 juta barel minyak dan produk minyak Rusia setiap hari, dan juga bergantung pada pasokan gas Moskow.
"Persediaan sangat ketat, jadi dengan latar belakang ini, ketika Anda berbicara tentang larangan ini, ada banyak pertanyaan tentang bagaimana (Eropa) akan menebusnya," kata Phil Flynn, analis senior Price Futures Group.
Baca Juga: Harga Minyak Melonjak 3% Imbas Rencana Uni Eropa yang Akan Melarang Minyak Rusia
Namun, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada hari Rabu mengusulkan embargo minyak bertahap terhadap Rusia, serta sanksi bank top Rusia.
Langkah-langkah Komisi Eropa tersebut termasuk menghentikan pasokan minyak mentah Rusia secara bertahap dalam waktu enam bulan dan produk olahan pada akhir 2022, kata von der Leyen. Dia juga berjanji untuk meminimalkan dampak dari langkah tersebut pada ekonomi Eropa.
Hungaria dan Slovakia, bagaimanapun, akan dapat terus membeli minyak mentah Rusia hingga akhir 2023 berdasarkan kontrak yang ada, kata sumber Uni Eropa kepada Reuters.
Rusia dapat mengimbangi hilangnya salah satu pelanggan utamanya dengan menjual minyak ke importir lain termasuk India dan China. Tidak ada negara yang berhenti membeli dari Moskow.
Kebutuhan akan pasokan yang jauh lebih besar kemungkinan tidak akan terpenuhi pada pertemuan OPEC dan produsen sekutu pada hari Kamis (5/5). OPEC+ diperkirakan akan tetap pada rencananya untuk meningkatkan produksi bulanan secara bertahap.
Di Amerika Serikat (AS), Energy Information Administration (EIA) melaporkan stok minyak mentah naik moderat minggu lalu. Stok minyak AS naik 1,2 juta barel karena Negeri Paman Sam merilis lebih banyak barel dari cadangan strategisnya.
Baca Juga: The Fed Kerek Suku Bunga 50 Bps dan Mulai Pengurangan Neraca pada 1 Juni
Stok bahan bakar turun, sebagian karena ekspor produk yang lebih kuat sejak invasi Rusia karena pembeli mencari sumber lain.
Pasar sebagian besar mengabaikan pengumuman Federal Reserve bahwa mereka akan menaikkan suku bunga setengah poin persentase untuk mencoba menurunkan kenaikan inflasi.
"Pasar naik begitu kuat sebelum pengumuman, saya pikir (The Fed) adalah kesimpulan yang sudah pasti," kata Gary Cunningham, Director of Market Research Tradition Energy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News