kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak diproyeksikan masih turun, waktunya investor untuk buy


Senin, 29 Juli 2019 / 22:18 WIB
Harga minyak diproyeksikan masih turun, waktunya investor untuk buy


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pelemahan harga minyak pada perdagangan awal pekan (29/7) bisa dimanfaatkan pelaku pasar untuk mulai membeli saat menyentuh harga terendah atau buy on weakness

Apalagi, kalau berkaca dari data Bloomberg Senin (29/7), harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2019 di New York Mercantile Exchange sempat turun ke level terendah US$ 55,91 per barel pada 15:26 hari ini. Untungnya pada 19:23 WIB harga minyak mulai merangkak naik lagi 0,12% ke level US$ 56,27 per barel.

Baca Juga: Harga minyak diselimuti banyak sentimen negatif

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, dibandingkan pergerakan mayoritas foreign exchange (forex) seperti USD, pergerakan harga minyak cenderung masih stabil. Meskipun, kalau dibandingkan dengan komoditas lainnya seperti emas atau palatinum, harga minyak cenderung kalah.

"Untuk rentang harga minyak rata-rata berada di area US$ 50 per barel hingga US$ 60 per barel," kata Wahyu kepada Kontan, Senin (29/7).

Sebelumnya, dia menjelaskan harga minyak sempat melonjak seiring dengan rencana pemangkasan produksi dari negara-negara pengekspor minyak (OPEC). Selain itu, ketegangan geopolitik Iran dan tren pelonggaran moneter yang bakal dilakukan beberapa bank sentral dunia, khususnya The Federal Reserve (The Fed) sempat memberikan sentimen positif dan mendorong harga minyak naik. 

Namun, kecemasan pelaku pasar akan pelambatan ekonomi global yang bakal diakibatkan sentimen perang dagang antara AS dan China dianggap cukup mengganggu pergerakan harga minyak. Wahyu menilai, saat ini pasar cenderung pesimis terhadap prospek harga minyak, khususnya adanya risiko resesi global yang dianggap mampu menekan permintaan akan minyak. 

Baca Juga: Dorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, bunga acuan BI perlu turun lagi

Meskipun begitu, ketegangan geopolitik antara AS dengan Iran diprediksi bakal selesai dalam waktu dekat, dengan kemungkinan Iran bisa mengekspor lebih banyak minyak ke depannya. Di sisi lain, pasokan minyak dinilai lebih tinggi ketimbang permintaan di 2020 mendatang, sementara Arab Saudi dan Kuwait masih menegosiasikan kelanjutan produksi di ladang minyak Khafji dan Wafra.

"Belum ada sentimen kuat untuk saat ini, belum ada cukup sentimen positif untuk mendorong harga minyak. Meskipun sentimen geopolitik masih jadi pertimbangan, tapi belum cukup," ungkap Wahyu.




TERBARU

[X]
×