kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Harga minyak diprediksi belum mampu bangkit


Minggu, 27 Maret 2016 / 21:21 WIB
Harga minyak diprediksi belum mampu bangkit


Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga minyak WTI diduga belum akan mampu beranjak naik meski beberapa katalis di pasar global cukup positif.

Mengutip Bloomberg, Kamis (24/3) harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei 2016 di New York Merchantile Exchange menukik 0,82% ke level US$ 39,46 per barel dibanding hari sebelumnya. Harga ini pun sudah merosot 5,28% dalam sepekan terakhir.

Yulia Safrina, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menuturkan, beberapa katalis positif nyaris tidak mampu menopang kenaikan harga saat ini. Sebut saja laporan Baker Hughes Inc yang menyatakan bahwa rig aktif pengeboran minyak AS sudah menurun 15 menjadi 372 rig pekan ini. Itu merupakan level terendah rig aktif sejak November 2009 silam.

“Biasanya laporan rig ini akan menopang kenaikan harga tapi nyatanya kali ini gagal. Padahal sudah berbarengan dengan laporan penurunan produksi minyak Amerika Serikat,” kata Yulia. Pekan ini, EIA mencatatkan produksi minyak AS turun menjadi 9,04 juta barel per hari yang merupakan level produksi terendahnya sejak November 2014 silam.

Dukungan lainnya bagi harga juga datang dari pernyataan Iran dan Uni Emirat Arab siap bergabung dalam pertemuan di Doha nanti. “Hanya saja perkara pasokan yang tinggi dan penolakan Iran memang katalis negatif yang besar,” ujar Yulia.

Sebab, Iran tidak hanya menolak bergabung dalam pertemuan tapi juga enggan mengurangi produksinya yang terus melambung dan ditargetkan menjadi 1 juta barel per hari di tahun 2016 ini.

Memandang adanya katalis positif di pasar global, Yulia tidak menutup kemungkinan Senin (28/3) harga berpeluang rebound terbatas. “Penurunan sudah cukup tajam dari level US$ 41 per barel, harga bisa mencari level penyesuaian terlebih dahulu,” proyeksi Yulia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×