kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak dekati penurunan rekor terburuk sejak Perang Teluk 1991


Jumat, 13 Maret 2020 / 12:33 WIB
Harga minyak dekati penurunan rekor terburuk sejak Perang Teluk 1991
ILUSTRASI. Harga minyak mentah terus turun


Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak mentah turun pada hari ketiga karena pertunjukan banjir pasokan terus berlanjut di tengah kepanikan tentang pelemahan permintaan akibat pandemi virus corona.

Alhasil, kini harga minyak jenis Brent berada di pelemahan mingguan terbesar sejak 1991 dan sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) juga menuju yang level pelemahan terburuk mingguan sejak 2008.

Mengutip Reuters, Jumat (13/3) pukul 12.00 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Mei 2020 di ICE Future turun 47 sen, atau 1,4%, pada US$ 32,75 per barel, setelah jatuh lebih dari 7% pada Kamis. Untuk minggu ini, harga Brent turun hampir 28%, penurunan mingguan terbesar sejak minggu 18 Januari 1991, ketika turun 29% saat pecahnya Perang Teluk pertama.

Harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman April 2020 di Nymex juga turun 54 sen, atau 1,7%, menjadi US$ 30,96 setelah jatuh lebih dari $ 1 sebelumnya. Kontrak turun 4,5% di sesi sebelumnya. Untuk pekan ini, minyak WTI sudah turun 25%, terbesar sejak penurunan mingguan yang berakhir 19 Desember 2008, ketika turun 27% pada puncak krisis keuangan global.

Baca Juga: Harga emas terkoreksi pada awal perdagangan hari ini

Tekanan pada minyak mentah terjadi ketika larangan bepergian, membuat gangguan ekonomi yang memakan permintaan minyak mentah. Terlebih di saat yang sama, produsen minyak utama mengumumkan rencana untuk menambahkan lebih banyak minyak mentah ke pasar yang membuat banjir pasokan terjadi. 

Banjir pasokan minyak dengan harga murah dari Arab Saudi, eksportir terbesar dunia, dan Uni Emirat Arab mengintensifkan tekanan pada harga setelah jatuhnya harga minyak yang mendukung perjanjian dengan Rusia minggu lalu.

Rusia, produsen terbesar kedua di dunia, tampaknya tidak mau kembali ke perjanjian dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Produsen minyak Arab Saudi bertemu dengan Menteri Energi Rusia Alexander Novak pada Kamis (12/3) tetapi tidak membahas tentang adanya kesepakatan. Malah kedua negara berencana untuk meningkatkan produksi pada bulan April.

"Baik Rusia dan Saudi sedang menggali lebih dalam," kata analis minyak Stratfor, Greg Priddy.

Harga minyak juga dipengaruhi oleh penurunan rekor di pasar ekuitas dengan Nikkei 225 Jepang turun 10% pada Jumat (13/3) setelah pasar AS turun paling banyak sejak Black Monday pada tahun 1987 pada penutupan perdagangan Kamis (12/3).

Baca Juga: Harga emas terus melemah ke US$ 1.563,45 ons troi

Ini terjadi setelah Presiden A.S. Donald Trump mengumumkan larangan bepergian ke Amerika Serikat dari Eropa yang membuat pasar limbung karena semua acara olahraga hingga pernikahan dibatalkan di banyak bagian dunia akibat penyebaran virus corona. 

"Dengan virus corona memicu penurunan permintaan minyak global pertama dalam beberapa tahun, lonjakan produksi minyak Arab Saudi dan Rusia dapat mengarah pada overhang pasokan 4 juta barel per hari," kata Eurasia Group.

Empat juta barel adalah sekitar 4% dari konsumsi global setiap hari sebelum wabah virus corona yang dimulai di China. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×