Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak bertahan di dekat level tertinggi dalam 13 minggu. Harga didukung oleh permintaan yang kuat di konsumen utama dunia Amerika Serikat (AS), sementara permintaan diperkirakan akan pulih di China karena pembatasan Covid-19 di kota-kota besar dilonggarkan.
Kamis (9/6), pukul 8.15 WIB, harga minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2022 naik 12 sen ke US$ 123,70 per barel.
Sementara, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Juli 2022 berada di US$ 122,17 per barel, naik 6 sen.
Kedua benchmark ditutup pada hari Rabu pada level tertinggi sejak 8 Maret, level yang sama terlihat pada tahun 2008.
Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA), AS mencatat rekor penurunan cadangan minyak mentah strategis bahkan ketika stok komersial naik minggu lalu.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Ditutup Melonjak ke Level Tertinggi Dalam 13 Minggu
Stok bensin AS secara tak terduga turun, menunjukkan ketahanan permintaan bahan bakar motor selama puncak musim panas meskipun harga pompa sangat tinggi.
Data EIA menunjukkan bahwa permintaan nyata untuk semua produk minyak di AS naik menjadi 19,5 juta barel per hari (bph). Di saat yang sama, permintaan bensin naik menjadi 8,98 juta bph, kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Investor akan mengamati data perdagangan bulan Mei China, yang akan dirilis pada Kamis hari, untuk melihat isyarat dari konsumen produsen minyak nomer 2 di dunia.
"Pembukaan kembali China terus meningkatkan optimisme permintaan," kata analis CMC Markets Tina Teng dalam sebuah catatan.
"Harga minyak bisa menuju ke puncak Maret di atas US$ 130 per barel di pasar pasokan yang sangat ketat."
Baca Juga: Industri Petrokimia Bakal Tertekan, Lonjakan Harga Minyak Mentah Jadi Biang Keladi
Upaya produsen minyak OPEC+ untuk meningkatkan produksi "tidak menggembirakan", menteri energi UEA Suhail al-Mazrouei mengatakan pada hari Rabu, mencatat kelompok itu saat ini kurang dari 2,6 juta barel per hari dari targetnya.
Pekan lalu, kelompok itu sepakat untuk mempercepat peningkatan produksi untuk menjinakkan harga bahan bakar yang tidak terkendali dan memperlambat inflasi. Namun langkah tersebut akan membuat produsen hanya memiliki sedikit kapasitas cadangan, dan hampir tidak ada ruang untuk mengkompensasi pemadaman pasokan besar-besaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News