Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Harga minyak mencatat kenaikan mingguan terbesar dalam sebulan. Penurunan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) serta sinyal kenaikan permintaan meningkatkan spekulasi bahwa kelebihan pasokan global akan mulai reda.
Mengutip Bloomberg, Jumat (28/7) pukul 17.55 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) kontrak pengiriman September 2017 di New York Mercantile Exchange menguat 0,06% ke level US$ 49,07 dibanding sehari sebelumnya. Sepekan terakhir, harga minyak terangkat 7,2% atau tertinggi sejak 30 Juni.
Harga minyak bergerak mendekati US$ 50 per barel, level yang belum juga tercapai sejak Mei. Kekhawatiran pelaku pada bahwa upaya OPEC menurunkan output akan diimbangi oleh kenaikan produksi AS masih membayangi harga. Data Energy Information Administration (EIA) Rabu (26/7) menunjukkan cadangan minyak AS pekan lalu turun ke angka terendah sejak Januari.
Kuwait pekan ini setuju untuk membatasi produksi minyak 2017. Kuwait bergabung dengan Uni Emirat Arab yang berjanji untuk mengurangi produksi minyak setelah Arab Saudi meminta negara OPEC memperdalam pemangkasan.
Ric Spooner, analis CMC Market di Sydey mengungkapkan, kenaikan permintaan bahan bakar membantu turunnya pasokan, sehingga pada akhirnya menjadi alasan besar bagi kenaikan harga minyak pekan ini. "Kesulitan saat ini adalah kita menuju zona US$ 50 sampai US$ 55 yang sebelumnya sulit dilewati pasar. Level tersebut adalah tingkat yang membawa potensi kenaikan produksi minyak shale dan AS," kata Spooner seperti dikutip Bloomberg, Jumat (28/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News