Reporter: Muhammad Khairul, Marantina | Editor: Avanty Nurdiana
Minyak kembali menguat. Pekan lalu, harga minyak WTI menguat 1% dan naik di kenaikan mingguan pertama dalam enam minggu terakhir. Di awal pekan ini, minyak juga melanjutkan penguatan. Sentimen dari Spanyol yang akan mendapat dana bantuan bailout dari Bank Central Eropa membuat harapan baru bagi investor.
Kemarin (11/6) sampai pukul 16.00 WIB minyak WTI pengiriman Juli 2012 menguat 1,36% ke US$ 85,24 per barel dibandingkan penutupan pekan lalu. Ini merupakan harga tertinggi selama bulan Juni. Minyak brent menguat 1,05% ke US$ 100,52 per barel.
Menteri Ekonomi Spanyol, Luis de Guindos mengatakan bahwa Spanyol akan meminta dana sebesar € 100 miliar (senilai US$ 126 miliar) dari Uni Eropa. menjadi sentimen yang baik bagi harga minyak.
Permintaan impor minyak China naik, turut memicu kenaikan harga emas hitam ini. Peningkatan impor China yang mencapai rekor selama Mei lalu. Sementara, negara penghasil minyak tergabung dalam OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries) akan mempertahankan kuota produksi minyak agar harga minyak tetap bertahan di level sekarang.
Kiswoyo Ady Joe, analis Askap Futures, mengatakan pekan ini harga minyak masih berpotensi menguat. “Negara-negara OPEC bisa mengurangi produksi karena harganya sudah rendah. Dan ini musim panas, industri akan berjalan semua sehingga kebutuhan lebih besar,” kata dia. OPEC rencananya akan mengkaji ulang target produksi mereka pada pertemuan di Vienna tanggal 14 Juni nanti.
Teknikal mendukung
Penguatan harga juga didukung oleh pembacaan indikator teknikal. “Stochastic mingguan baru membentuk golden cross, tanda mau ke atas. Kalau lihat bollinger band, candlestick sudah berada di garis bawah bollinger band, artinya masih bisa naik,” papar dia. Kiswoyo mengatakan kemungkinan jika naik harga akan mengincar level US$ 90. “Kalau tembus, berarti ke US$ 95,” ungkap dia.
Meski begitu, Albertus Christian, Analis Monex Investindo Futures, melihat sepekan ini harga minyak ada risiko melemah ke kisaran US$ 81,2 per barrel. Program stimulus moneter kedua yang telah dijalankan sejak September 2011 akan berakhir bulan Juni. “Jika tidak lagi menyediakan stimulus moneter ketiga atau QE3, maka permintaan minyak anjlok,” kata dia.
Karena itu Christian menduga sepekan ini minyak pekan akan cenderung melemah di kisaran harga US$ 81,20 – US$ 85,80 per barel. Sedangkan Kiswoyo memprediksi harga akan berada di kisaran US$ 81 – US$ 90 dengan potensi menguat. “Untuk menembus US$ 90 harus menunggu hasil FOMC meeting,” terang dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













