kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak acuan terus melemah tertekan lonjakan kasus virus corona


Senin, 28 September 2020 / 10:37 WIB
Harga minyak acuan terus melemah tertekan lonjakan kasus virus corona
ILUSTRASI. Harga minyak terus melemah


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah terus merosot pada perdagangan hari ini karena meningkatnya kasus virus corona yang mengganggu harapan untuk pemulihan permintaan bahan bakar. Alhasil harga minyak mentah acuan berada di jalur untuk penurunan bulanan pertama mereka dalam beberapa bulan setelah kerugian di pekan lalu.

Senin (28/9) pukul 10.15 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman November 2020 turun 23 sen atau 0,6% menjadi US$ 41,69 per barel. Pekan lalu, minyak Brent sudah melemah 2,9%. 

Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman November 2020 sudah melemah 21 sen atau 0,5% ke US$ 40,04 per barel. Minyak WTI turun 2,1% di minggu lalu.

Kini, Brent berada di jalur penurunan untuk bulan pertama dalam enam bulan sementara WTI menuju kerugian bulanan pertama sejak April karena penerapan kembali pembatasan mobilitas di beberapa negara mengaburkan prospek pemulihan permintaan bahan bakar.

Baca Juga: Harga emas masih betah nangkring di level US$ 1.861 per ons troi di pasar spot

"Jumlah kasus Covid-19 baru semakin cepat di negara bagian utama AS, memperbaharui kekhawatiran akan pembatasan mobilitas yang menantang pemulihan permintaan minyak yang sedang berlangsung pada kuartal terakhir," kata analis ANZ dalam sebuah catatan yang dikutip dari Reuters.

Lebih banyak minyak mentah juga diekspor dari produsen OPEC Iran dan Libya meskipun ada upaya oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya untuk membatasi produksi.

Minggu lalu, perusahaan energi AS juga menambahkan rig minyak dan gas alam untuk minggu kedua berturut-turut, menurut Baker Hughes.

Namun, Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan, bahwa persediaan minyak komersial di negara-negara OECD diperkirakan hanya sedikit di atas rata-rata lima tahun pada kuartal pertama 2021, sebelum turun di bawah level tersebut untuk sisa tahun ini.

Salah satu faktor yang dapat menawarkan beberapa dukungan ke pasar adalah prospek aksi mogok, kata analis ING.

Di Norwegia, salah satu produsen minyak terbesar di luar OPEC, pemogokan pekerja yang mungkin terjadi pada 30 September mengancam untuk memangkas produksinya hingga 900.000 barel per hari, Asosiasi Minyak dan Gas Norwegia (NOG) mengatakan pada hari Jumat.

Baca Juga: Rupiah Jisdor melemah tipis ke RP 14.959 per dolar AS pada hari ini (28/9)

Juga, salah satu bentrokan terberat antara Armenia dan Azerbaijan sejak 2016 pecah selama akhir pekan, menyalakan kembali kekhawatiran tentang stabilitas di Kaukasus Selatan. Terlebih di wilayah tersebut terdapat koridor pipa yang membawa minyak dan gas ke pasar dunia.

Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas A.S. (CFTC) mengatakan pada hari Jumat bahwa manajer investasi menaikkan posisi net long berjangka terhadap opsi minyak mentah AS mereka dalam seminggu hingga 22 September.

"Sebagian besar pembelian yang terlihat selama seminggu didorong oleh short-covering, dengan posisi gross short turun sedikit di atas 20.000 lot," kata analis ING. Investor mungkin mengindahkan peringatan menteri perminyakan Saudi agar tidak melakukan shorting pasar minyak, kata mereka.

Selanjutnya: Harga minyak acuan koreksi, peningkatan kasus virus corona masih sentimen utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×