kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Mencuat, Emiten Batubara Meraup Cuan?


Rabu, 09 Maret 2022 / 16:29 WIB
Harga Mencuat, Emiten Batubara Meraup Cuan?
ILUSTRASI. Foto udara kapal tongkang bermuatan batubara melintasi aliran Sungai Batanghari di Jambi, Selasa (8/3/2022).


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada awal Maret 2022 harga batubara mencapai titik tertinggi dalam sejarah yakni menembus US$ 400 per metrik ton. Lantas, apakah emiten batubara langsung mendapatkan cuan dari kenaikan harga batubara?

Sekretaris Perusahaan PT Indika Energy Tbk (INDY) Ricky Fernando mengatakan, setiap kontrak memiliki formula yang berbeda-beda. Ada komponen yang mengikuti harga sewaktu delivery dan komponen yang memakai rerata harga jual batubara (ASP) selama 3-6 bulan terakhir.

"Saat ini perhitungan ASP masih dikonsolidasikan secara internal," kata Ricky kepada Kontan.co.id, Selasa (8/3).

Yang jelas, di tengah kenaikan harga batubara saat ini Indika Energy masih tetap fokus mengejar target yang telah ditentukan. Adapun, produksi INDY di 2022 ditargetkan sebanyak 34 juta ton untuk Kideco dan 1,8 juta ton untuk MUTU.

Baca Juga: Harga Minyak Melambung, Dua Sektor Industri Ini Belum Terdampak

Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Dileep Srivastava mengatakan, kenaikan harga batubara ini tidak serta merta langsung dinikmati BUMI. "Harga biasanya terjeda satu kuartal sehingga harga baru untuk ekspor mungkin akan tercermin di kuartal berikutnya," kata Dileep.

Walau begitu, dia menuturkan ASP BUMI di kuartal I ini juga jauh lebih tinggi. Dileep memaparkan, per September 2021, ASP BUMI lebih tinggi 39% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Berpotensi Menekan Industri Batubara

"Jadi, di 2022 ini seharusnya masih akan lebih tinggi di kuartal pertama 2022 dan akan lebih baik di kuartal kedua 2022," ujar dia. BUMI juga akan menggenjot produksi untuk mengejar volume produksi usai dipengaruhi oleh hujan lebat sejak 21 Desember akibat efek La Nina. 

"Hingga tutup tahun, BUMI menargetkan volume produksi sebanyak 85 juta ton-90 juta ton dibandingkan volume produksi 2021 sebanyak 78 juta ton-80 juta ton dengan ASP yoy lebih tinggi tentunya," tutup Dileep.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×