Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kilau logam mulia di PT Aneka Tambang Tbk (Antam) meredup, seiring koreksi harga emas global. Namun, efek pelemahan kurs rupiah bisa menyokong harga emas batangan naik terbatas hingga akhir tahun nanti.
Kemarin (2/11), emas Antam ukuran 1 gram dilego Rp 552.000 per gram, stagnan dibanding akhir pekan lalu. Harga beli kembali (buyback) Rp 498.000 per gram. Namun, jika dihitung pasca rilis rapat The Federal Reserve (FOMC) yang dipimpin Janet Yellen, Kamis lalu, harganya turun Rp 7.000 per gram atau 1,25%.
Yellen menyatakan, The Fed membuka peluang kenaikan suku bunga AS pada akhir tahun ini. Kabar ini menumbangkan harga emas spot dan menekan rupiah.
Tonny Mariano, Analis Esandar Arthamas Berjangka, bilang, emas Antam tak hanya dipengaruhi emas spot, tapi juga kurs rupiah. Kurs rupiah yang melemah menjelang FOMC meeting pekan lalu, menahan kejatuhan harga logam mulia. Tak heran, penurunannya tak sedalam emas spot.
Sebagai perbandingan, sejak Kamis lalu, harga emas global sudah tergerus 3,31%. Menurut Tonny, harga emas Antam mulai sulit ditebak sejak tahun 2012 karena arah rupiah sulit diprediksi.
"Jangka panjang, rupiah sulit ditebak, jadi sulit pula memastikan arah emas Antam," kilahnya.
Research and Analyst Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, harga logam mulia masih flat di awal pekan ini, lantaran investor wait and see kebijakan suku bunga The Fed. Namun, jika ada kepastian fed fund rate naik tahun ini, rupiah bisa jatuh, sehingga emas Antam mungkin naik, meski terbatas.
Menurut Deddy, peluang kenaikan harga logam mulia ditopang permintaan yang masih bagus. Antam mencatat, penjualan logam mulia semester I-2015 mencapai 11 ton, melebihi target akhir tahun ini sebesar 10 ton.
Deddy menyarankan speculative buy bagi investor yang berani ambil risiko. Prediksinya, akhir tahun nanti emas Antam bisa ke Rp 570.000 per gram. Walaupun terkoreksi akan terjaga di Rp 500.000. Tonny menduga, akhir tahun, harga emas Rp 500.000-Rp 580.000 per gram.
"Sebaiknya hindari investasi logam mulia, kurang menarik. Selisih harga jual dan buyback terlalu lebar, sulit mendapatkan untung besar," imbuh Tonny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News