Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menguatnya indeks sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi dinilai belum cukup untuk mendorong prospek emiten sektor pelayaran yang merupakan bagian dari indeks tersebut. Sebab, harga komoditas saat ini sedang turun. Secara year to date, indeks sektor saham infrastruktur, utilitas, dan transportasi sudah menguat 12,47% per Senin (5/8).
Penguatan tersebut tercermin dari beberapa saham sektor pelayaran yang menguat sepanjang tahun ini hingga Senin (5/8).
Antara lain PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) naik 69,23%, saham PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) menguat 15,78%, PT Soechi Lines Tbk (SOCI) naik 57,25%, dan saham PT Logindo Samuderamakmur Tbk (LEAD) yang naik tipis 2%.
Baca Juga: Penurunan beban keuangan menyokong lonjakan laba Tempuran Emas (TMAS) pada semester I
Namun, ada juga emiten pelayaran yang masih merosot, seperti PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) turun 8,39%, saham PT Sillo Maritime Tbk (SHIP) menurun 13,26%, PT Pelayaran Tempuran Mas Tbk (TMAS) turun tipis 3,75%, serta PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) yang terkoreksi 10%.
Beberapa emiten tersebut juga sudah merilis kinerja keuangan perusahaan di paruh pertama 2019. Ada yang menunjukkan hasil positif, ada juga yang kurang memuaskan.
Sebagai contoh, SOCI berhasil membukukan kenaikan pendapatan usaha sebesar 31,11% atau senilai US$ 77,42 juta dibandingkan paruh pertama 2018 mencapai US$ 59,05 juta.
Laba bersih SOCI juga naik 146,65% menjadi US$ 9,98 juta daripada periode yang sama tahun sebelumnya US$ 4,05 juta.
Pendapatan MBSS juga mencatatkan kenaikan di paruh pertama tahun ini menjadi US$ 40,21 juta dari US$ 32,36 juta, naik 24,26%. Pendapatan usaha berasal dari jasa pengangkutan dan konsultasi.
Namun, kontribusi terbesar dari pengangkutan batubara. MBSS juga tak lagi merugi di semester I-2019. Perusahaan ini meraup laba US$ 728.140, sedangkan paruh pertama 2018 rugi sebanyak US$ 8,94 juta.
Sementara itu, kinerja keuangan LEAD menurun. Tercatat, pendapatan emiten ini turun 22,17% menjadi US$ 9,95 juta, sedangkan paruh pertama 2018 sebesar US$ 12,78 juta.
Penyebab utamanya karena jasa sewa kapal dan pelayaran perusahaan menurun. Pada semester I-2019, LEAD kembali merugi hingga US$ 6,22 juta, meningkat 19,64%. Sebelumnya, pada periode yang sama tahun 2018, rugi LEAD mencapai US$ 5,2 juta.
Baca Juga: Analis Bina Artha Sekuiritas: Hold saham Tempura Pelayaran Emas (TMAS)
Menanggapi kondisi emiten sektor pelayaran, Vice President Research Artha Sekuritas Frederick Rasali merekomendasi hold untuk emiten pelayaran.
Menurut Frederick, secara fundamental emiten pelayaran masih sulit karena sisi permintaan yang belum pulih. Terutama bagi perusahaan kapal yang fokus pada Offshore Supply Vessel (OSV).
Jasa kapal tongkang atau barge juga masih terbatas karena harga sektor batubara masih tertekan.
"Emiten pelayaran yang mengalami keuntungan didorong dari peningkatan utilisasi kapal, harga kontrak per DWT, dan juga efisiensi biaya perusahaan," ujar Frederick kepada Kontan.co.id, Senin (5/8).
Selain itu, meski emiten pelayaran melakukan diversifikasi usaha, belum tentu investor akan mempertimbangkannya.
Sebab, emiten pelayaran bergantung dari berbagai komoditas, sedangkan harga komoditas sekarang sedang turun semua.
Frederick juga menambahkan terdapat pula jasa pengangkutan yang bergantung pada perdagangan. Sementara itu, saat ini sedang terjadi perang dagang, seperti antara China dan Amerika Serikat (AS). Artinya, diversifikasi di bidang pelayaran masih belum tentu menghasilkan bagi perusahaan.
Bisnis pelayaran merupakan bisnis derivatif. Oleh karenanya, jika bisnis komoditas belum membaik, maka jasa pelayaran juga tidak banyak digunakan karena permintaan dari pembeli masih minim.
Kalaupun ada permintaan, harga komoditas yang tertekan juga akan berpengaruh pada nilai kontrak yang akan disepakati. Menurut Frederick, meski emiten menyatakan ada tekan kontrak baru, besar kemungkinan nilai kontraknya kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News