Reporter: Anna Marie Happy, Choirunnisak | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) kembali terangkat. Kekeringan di Amerika Serikat (AS) mengakibatkan panen kedelai merosot sehingga harganya melonjak. Kondisi ini menyebabkan permintaan CPO sebagai komoditas alternatif menanjak.
Harga kontrak CPO untuk pengiriman November di Bursa Malaysia, Jumat (24/8), naik tipis sebesar 0,26% menjadi RM 3.069 per ton dibanding harga sehari sebelumnya. Dalam sepekan, harga CPO menguat 3,61%.
Di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), harga kontrak CPO untuk pengiriman November 2012 juga telah terangkat 4,67% dalam sepekan terakhir menjadi Rp 9.295 per ton pada Jumat.
Meski begitu, pergerakan harga CPO masih rentan terkoreksi karena permintaan dunia yang melemah. China, misalnya, sebagai negara pengimpor kelapa sawit terbesar di dunia setelah India, mengalami pelemahan impor hingga yang terendah dalam empat tahun terakhir.
Menurut survei Bloomberg, impor CPO China diprediksi akan turun 7% menjadi 5,5 juta ton pada sepanjang 2012 dibanding tahun sebelumnya yang sebanyak 5,9 juta ton.
Senior Analyst Monex Investindo Futures Ariana Nur Akbar mengatakan, walaupun harga CPO relatif menguat, ada sinyal penurunan karena aksi ambil untung alias profit taking. Pasalnya, harga CPO sudah menguat cukup tinggi dalam beberapa waktu terakhir.
Sudah jenuh beli
Berdasarkan analisis teknikal, indikator moving average (MA) menunjukkan pergerakan harga CPO masih turun. Begitu pula moving average convergence-divergence (MACD) sudah berada di level tinggi. Alhasil, koreksi kemungkinan besar bisa terjadi. Potensi koreksi juga ditunjukkan oleh indikator stochastic yang saat ini telah berada di posisi jenuh beli.
Menurut analis pasar fisik komoditas Soe Gee Futures Renji Betari, harga CPO yang sempat terkoreksi disebabkan oleh pelemahan mata uang negara-negara pengimpor CPO, seperti India. “Karena itu, negara-negara pengimpor CPO harus membayar lebih mahal untuk mengimpor CPO dalam mata uang dollar AS,” kata dia.
Renji memprediksi, pekan ini harga CPO akan bergerak di kisaran RM 2.900 - RM 3.150 per ton. Sementara, hitungan Ariana, harga CPO akan bergerak turun di support RM 3.050 dan resistance US$ 3.087 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News