Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) diperkirakan tetap solid seiring turunnya harga gandum dan CPO. Di sisi lain, risiko nilai tukar masih membayangi emiten grup salim ini.
Analis JP Morgan Sekuritas Benny Kurniawan menyebutkan, ICBP telah membuktikan ketahanannya dalam menghadapi tantangan dalam tiga tahun terakhir. Fluktuasi harga gandum akibat konflik Rusia-Ukraina, apresiasi dolar AS terhadap rupiah dan berbagai mata uang lainnya telah menguji bisnis secara keseluruhan.
JP Morgan Sekuritas memandang terdapat tiga faktor utama pendorong pertumbuhan pendapatan ICBP tahun ini yakni pertumbuhan volume penjualan domestik sekitar 3% YoY. Pendapatan Pinehill Company Ltd yang menjalankan bisnis ICBP untuk pasar Timur Tengah dan Afrika diharapkan juga bertumbuh.
Selain itu, Indofood CBP akan didukung oleh ekspansi margin bisnis mie instan seiring proyeksi melandainya harga bahan baku. Di sisi lain, peristiwa penting berikutnya akan dipantau untuk potensi pendapatan meningkat adalah waktu kenaikan harga mie dalam negeri.
“Jika ICBP memutuskan untuk menaikkan harga mie dalam negeri, maka kita berpotensi melihat margin yang lebih baik di 2024,” ungkap Benny dalam riset 11 Mei 2024.
Baca Juga: Harga Bahan Baku Turun, Simak Prospek Saham Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP)
Benny menuturkan, ICBP terakhir kali menaikkan harga untuk bisnis mie domestik pada semester kedua 2022, dan perusahaan telah memperoleh keuntungan tak terduga karena biaya input berkurang.
Namun, JP Morgan tetap merevisi pendapatan untuk ICBP lebih rendah karena sekarang menganggap kerugian nilai tukar dari kepemilikan obligasi sebagai inti kerugian. ICBP akan membayar kurs selisih nilai tukar yang berlaku saat obligasi tersebut jatuh tempo dan keuntungan/kerugian yang dibukukan sekarang akan direalisasikan seluruhnya dalam bentuk tunai.
“Kami melihat fluktuasi akan terus berlanjut selama ICBP memegang obligasi tersebut,” ujar Benny.
Analis Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa menilai, margin keuntungan ICBP berpotensi stabil seiring dengan melemahnya harga bahan baku utama yakni minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan gandum.
Selama Januari–Mei 2024, harga rata-rata CPO adalah sekitar RM 4.028 per metrik ton, sedikit meningkat sebesar 1,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada saat yang sama, harga rata-rata gandum sekitar US$ 592 per gantang, turun signifikan sebesar 14,9% dibandingkan dengan harga gandum periode yang sama tahun lalu.
“Jika harga CPO dan gandum lebih stabil di masa depan, maka berpotensi meningkatkan stabilitas margin keuntungan perusahaan,” kata Heru dalam riset 3 Juni 2024.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham ANTM, TLKM, dan ASII dari Kiwoom Sekuritas untuk Hari Ini
Namun, Heru sepakat bahwa risiko yang perlu diperhatikan saat ini adalah ICBP mempunyai beban obligasi global dalam dolar AS (USD). Begitu juga dengan melemahnya Rupiah berpotensi membebani kinerja keuangan perusahaan di masa depan.
Adapun ICBP mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp19,92 triliun selama periode Januari–Maret 2024, sedikit bertumbuh 4% yoy. Meskipun terbatas, ICBP mampu mencatatkan pertumbuhan margin operasi sebesar 24,69% selama tiga bulan pertama tahun ini.
“Hasil ini adalah dampak dari stabilnya harga bahan mentah yang dibutuhkan ICBP dalam menjalankan kegiatan produksinya,” imbuh Heru.
Secara rinci, pendapatan ICBP pada kuartal pertama tahun ini didukung oleh penjualan mie instan yang tumbuh 4,74% YoY menjadi Rp14,67 triliun. Segmen mie instan berkontribusi sekitar 73,68% terhadap total pendapatan ICBP selama periode tersebut.
Menurut Heru, pertumbuhan pendapatan ICBP di tahun ini akan terus tumbuh sejalan dengan meningkatnya permintaan mie instan di wilayah operasi ICBP, khususnya di pasar Domestik serta kawasan Timur Tengah dan Afrika.
Baca Juga: Daya Beli Ambruk, Emiten Ritel Bisa Terpuruk
Sebagai informasi, ICBP melalui Pinehill Company Ltd (PCL) memiliki pangsa pasar yang kuat di Afrika, Timur Tengah, dan wilayah Eropa Tenggara. Selain itu, PCL juga memiliki 12 fasilitas produksi mie instan di delapan negara dengan total populasi 550 juta orang dan jaringan distribusi di 33 negara.
Berdasarkan data Asosiasi Mie Instan Dunia atau World Instant Noodles Association (WINA), permintaan mie instan di wilayah operasi PCL cenderung meningkat dari tahun 2019-2023 seperti Nigeria (CAGR +9.19%), Mesir (CAGR +30.99%), Turki (CAGR +29.08%), dan Kenya (CAGR +21.67%).
“Kami yakin ini akan berdampak positif dampaknya terhadap pendapatan ICBP karena kuatnya pangsa pasar PCL di wilayah tersebut,” tutur Heru.
Heru merekomendasikan buy untuk ICBP dengan target harga sebesar Rp 12.504 per saham. Sedangkan, Benny menyarankan buy untuk ICBP dengan target harga sebesar Rp 12.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News