kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Harga energi bisa naik lagi


Selasa, 29 Oktober 2013 / 08:54 WIB
Harga energi bisa naik lagi
ILUSTRASI. Karyawan berjalan di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.


Reporter: Agus Triyono, Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Pergerakan harga komoditas energi seperti minyak mentah, batubara dan gas alam di sepanjang bulan ini beragam. Harga minyak mentah cenderung tertekan, sementara batubara dan gas alam mengalami penguatan tipis.  Berikut ini, ulasan dari beberapa analis komoditas.

Minyak WTI

Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) dalam sebulan terakhir ini mengalami tekanan. Harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman Desember 2013, Senin (28/10) pukul 15.50 WIB di Nymex, turun 0,20% menjadi US$ 97,65 per barel dibanding akhir pekan lalu. Dalam sebulan, harga minyak terkoreksi sebesar 5,58%. Bahkan, pada 23 Oktober, harga minyak sempat terpeleset ke level US$ 96,86 per barel. Level harga tersebut merupakan yang terendah sejak Juli 2013.

Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, tekanan harga minyak sebulan belakangan ini disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, krisis pembahasan anggaran dan penentuan batas utang di Amerika Serikat (AS). Hal itu telah memicu kekhawatiran pasar terhadap prospek ekonomi AS.

Kedua, persediaan minyak di Negeri Paman Sam yang masih tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Administrasi Energi AS, stok minyak AS dalam sepekan yang berakhir 18 Oktober, naik 5,2 juta barel menjadi 379 juta barel. Itu menjadi stok minyak tertinggi sejak Juni. "Ini  mengindikasikan permintaan minyak sedang turun," kata Ariston.

Tekanan ketiga, dari kondisi geopolitik di kawasan Timur Tengah sebagai penghasil minyak dunia yang berangsur kondusif.
Prediksi Ariston, bulan depan, harga minyak berpotensi menguat terbatas di kisaran US$ 93-US$ 102,50 per barel. Penguatan dipicu peningkatanpermintaan minyak di musim dingin dan kelanjutan perbaikan data ekonomi China.

Batubara

Harga batubara memanas dalam sebulan terakhir. Pada perdagangan Jumat (25/10), harga batubara turun 0,12% menjadi US$ 85,25 per ton dibandingkan sehari sebelumnya. Tapi jika dihitung sejak sebulan lalu, harga batubara telah menguat 5,90%.

Guntur Tri Hariyanto, analis Pefindo mengatakan, selama sebulan belakangan, harga batubara terangkat peningkatan permintaan dari sejumlah negara konsumen batubara terbesar dunia, seperti Jepang, China dan Eropa. Selain itu, proyeksi bahwa batubara masih akan menjadi sumber energi utama pembangkit listrik dalam beberapa waktu ke depan, ikut mengangkat harga.  Tapi, kenaikan tajam harga selama sebulan terakhir ini memicu koreksi teknikal, sehingga harga batubara sedikit terkoreksi.

Proyeksi Guntur, harga batubara sebulan ke depan masih bisa menguat akibat makin menipisnya persediaan batubara China. “Harga batubara bisa menguat di kisaran US$ 88- US$ 90 per ton,” katanya.

Gas Alam

Pergerakan harga gas alam selama satu bulan ini cenderung mendatar. Harga gas alam untuk kontrak pengiriman November 2013 di Nymex, Senin (28/10) pukul 15.50 WIB, melemah 2,18% menjadi US$ 3,626 per million metric british thermal unit (mmbtu) dibanding akhir pekan lalu.  Dalam sebulan, harga gas alam menguat tipis 1,03%.

Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures mengatakan, pada awal Oktober, harga gas alam tertekan oleh pasokan di AS yang tinggi. Krisis pembahasan anggaran di AS yang diikuti oleh berhentinya beberapa kegiatan operasional pemerintahan AS juga ikut menekan harga komoditas ini.

Zulfirman memperkirakan,  pergerakan harga gas alam masih akan datar di kisaran US$ 3,500-3,8700 per mmbtu. Data ekonomi AS yang memburuk akibat government shutdown, akan menekan harga. Namun, permintaan yang meningkat memasuki musim dingin  bisa menahan penurunan harga.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×