Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Tingkat inflasi di Amerika Serikat masih terbilang jinak. Mengapa? Salah satu alasannya dapat dilihat dari harga minyak yang masuk ke pasar bearish. Ini juga dapat menjadi alasan mengapa harga emas mengalami penurunan yang dalam
Sekadar informasi, harga acuan minyak mentah AS melorot ke level terendah dalam dua tahun terakhir pada pekan ini. Kondisi ini memberikan sinyal rendahnya biaya operasional perusahaan AS dan rendahnya permintaan investor terhadap emas sebagai lindung nilai inflasi.
Penurunan harga minyak juga mendongkrak rasio antara dua komoditas mendekati level tertinggi dalam 17 bulan terakhir. Menurut John Stephenson, chief executive officer Stephenson & Co, Capital Management di Toronto, hal ini menandakan bahwa emas masih relatif mahal.
Pada 22 Oktober lalu, harga 1 troy ounce emas setara dengan 15,47 barel harga minyak. Ini merupakan yang tertinggi sejak Mei 2013. Rasio itu juga naik dari rata-rata rasio harga emas dan minyak di level 12,52 sejak tahun 2000 dan 11,92 yang tercapai pada Juni lalu. Kemarin, rasio komoditas ini mendekati 14,9.
Sementara itu, the Federal Reserve mengatakan bahwa rendahnya harga energi akan menekan inflasi pada jangka pendek. Bank sentral juga mengakhiri program pembelian obligasi, sehingga mengurangi pesona emas sebagai alat investasi lindung nilai inflasi.
"Banyak orang yang berpendapat bahwa inflasi akan menjadi isu dalam jangka pendek. Tidak ada kecemasan mengenai krisis, sehingga, investor tidak memburu emas," jelas Stephenson.
Sekadar informasi, harga emas sempat mendaki 70% dari Desember 2008 hingga Juni 2011 lalu. Salah satu pemicunya, bank sentral merilis program QE dan menahan suku bunga acuan di rekor terendah. Namun, pada tahun lalu, harga emas anjlok 28% yang merupakan penurunan terbesar dalam tiga dekade. Spekulasi bahwa the Fed akan mengakhiri QE yang akan menyebabkan inflasi belum terbukti.
"Tidak ada kecemasan mengenai inflasi global saat ini dan jika terjadi inflasi maka the Fed akan menaikkan suku bunga. Hal itu tidak akan berdampak bagus bagi emas. Saya masih bearish terhadap emas," jelas Rob Haworth, senior investment strategist US Bank Wealth Management.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News