Reporter: Yuliani Maimuntarsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Menjelang rapat kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed), harga emas tertekan. Pasar berspekulasi, The Fed akan mengakhiri program stimulus AS. Di sisi lain, pasar modal bergairah dan menyebabkan minat investor berinvestasi emas rada berkurang.
Mengutip data Bloomberg pada Senin (27/10) pukul 15.45 WIB, harga emas pengiriman Desember 2014 di Commodity Exchange turun 0,24% menjadi US$ 1.228,80 per ons troi. Dalam sepekan terakhir, harga emas telah terpangkas sekitar 1,28%. Kabar perkembangan ekonomi Eropa rupanya belum cukup mengangkat harga emas.
"Pasar lebih mencermati pertemuan The Fed," kata Sun Yonggang, analis Makro Ekonomi Everbright Futures Co kepada Bloomberg.
Ariston Tjendra, Head of Reserch Analysis Division Monex Investindo Futures, menilai, prospek harga emas global masih cenderung lesu. Sebab, prospek perekonomian AS makin cerah sehingga mendukung penguatan dollar AS, serta menekan emas. "Pasar menantikan rapat moneter FOMC Bank Sentral AS (Fed) pekan ini," kata Ariston.
Hasil rapat akan diumumkan Kamis (30/10) waktu setempat. The Fed kemungkinan besar akan menghentikan program pembelian obligasi pemerintah dan mortgage backed security (MBS). Sebelumnya, program stimulus ini masih tersisa US$ 15 miliar. Setelah program stimulus berakhir, The Fed kembali mengevaluasi perekonomian AS guna mempersiapkan kenaikan suku bunga tahun depan.
Masih tertekan
Sementara itu, sebanyak 25 bank di bawah pengawasan Bank Sentral Eropa (ECB) tidak lulus stress test. Dari jumlah itu 13 bank diminta mencari modal tambahan sebesar € 10 miliar. Sementara sisanya sudah memenuhi standar modal yang ditentukan agar bisa selamat melewati masa krisis. Italia menjadi negara terbanyak yang memiliki bank tidak lulus tes, yakni sembilan bank. "Namun pelaku pasar tidak terlalu khawatir dengan hasil stress test ini karena tidak banyak perbankan yang membutuhkan tambahan modal," kata Ariston.
Tonny Mariano, analis Harvest International Futures, bilang, hasil stress test yang sedikit membaik menyebabkan harga pasar saham global naik. Akibatnya, pelaku pasar mengurangi pembelian emas. "Pelaku pasar jadi lebih banyak berinvestasi pada saham," ujar Tonny. Ia menduga, harga emas berpeluang turun lebih dalam pada pekan ini, terutama karena The Fed akan menghentikan program pembelian obligasi.
Dampaknya, ya, dollar AS menguat dan harga emas tergerus. Secara teknikal, Tonny melihat garis moving average cinvergence divergence (MACD) berada di area negatif -0,057%. Relative strength index (RSI) berada di level 47,21% mengindikasi penurunan. Indikator stochastic sudah jenuh jual alias oversold di level 15,63%. Harga berada di bawah moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Tonny menebak, pada hari ini harga emas akan bergerak di kisaran US$ 1.222-1.238 per ons troi. Di akhir tahun, harga emas akan tertekan di level US$ 1.200 per ons troi.
Ariston juga meramalkan, pekan ini harga emas belum mampu keluar dari tekanan. Ia menduga, harga akan bergerak di rentang US$ 1.225-1.235 per ons troi. Sedangkan hingga akhir tahun, ia menduga harga emas berpeluang menyentuh level US$ 1.250 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News