Reporter: Agus Triyono, Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Harga emas di pasar spot tertekan. Data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dirilis positif di akhir pekan lalu, meningkatkan spekulasi The Fed untuk segera mengurangi stimulus moneter di negara itu. Sehingga, emas makin kehilangan nilai sebagai aset aman alias safe haven.
Emas untuk kontrak pengiriman Desember 2013 di Comex, Selasa (5/11) pukul 16.00 WIB, turun tipis 0,03% menjadi US$ 1.314,30 per ons troi dibanding Senin (5/11). Dalam sepekan, harga emas terkoreksi sebesar 2,31%.
Indeks manufaktur AS di Oktober menunjukkan pertumbuhan ke level 56,4 dari 56,2 di bulan sebelumnya. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak April 2011. Penjualan otomotif dan perumahan yang membaik, membantu sektor manufaktur untuk terus mempertahankan produksi, di saat pasar global juga sedang dalam masa pemulihan.
Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, dalam beberapa waktu ke depan harga emas akan cenderung lunglai. Fokus pasar tertuju pada kemungkinan percepatan pengurangan stimulus moneter AS. Ini akan menjadi faktor penekan harga emas.
Nizar hilmy, analis Soegee Futures menambahkan, pasar global masih lebih memilih investasi di pasar saham dibandingkan dengan emas. Sehingga untuk ke depan, masih ada peluang koreksi lanjutan. Satu-satunya faktor yang memungkinkan menjadi penyebab kenaikan harga emas yaitu rilisnya data ketenagakerjaan AS pada Jumat ini.
Data itu kemungkinan akan negatif, sehingga dapat mendukung kebijakan The Fed untuk memperpanjang stimulus moneter AS. Ini bagus untuk pergerakan emas. “Tapi sebelum itu emas masih terkoreksi,” ujar Nizar.
Secara teknikal Ariston mengatakan, sepekan ke depan harga emas akan bergerak mix. Stochastic menunjukkan harga tidak akan banyak bergerak. Prediksi Ariston, sepekan ke depan emas akan bergerak di kisaran US$1.270- US$ 1.360 per ons troi. Proyeksi Nizar, emas akan bergerak direntang US$ 1.290-US$ 1.330 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News