Reporter: Agus Triyono, Cindy Silviana Sukma | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Harga emas berjangka kian tertekan. Penguatan kurs dollar Amerika Serikat (AS) akibat membaiknya rilis data tenaga kerja non pertanian bulan Juni menekan emas ke level harga terendah dalam sepekan terakhir.
Di Bursa Commodity Exchange sampai dengan Jumat (5/7), harga emas ditutup melemah 3,11% menjadi US$ 1.212 per ons troi. Level harga ini hanya selisih tipis dari harga terendah emas US$ 1.211, 60 pada 26 Juni lalu.
Departemen Tenaga Kerja AS, akhir pekan lalu, melaporkan, tingkat penyerapan tenaga kerja non pertanian AS bulan Juni mencapai 195.000 pekerja, atau melebihi perkiraan pasar yang hanya mencapai 165.000 pekerjaan. Namun pada saat bersamaan, tingkat pengangguran AS justru mandek di angka 7,6% dibanding bulan sebelumnya.
Brian Booth, analis mata uang dari Long Leaf Trading Group di Chicago sebagaimana dikutip dari Bloomberg Sabtu (6/7) mengatakan, meski belum sepenuhnya bagus, rilis data ketenagakerjaan AS telah meningkatkan spekulasi pasar terhadap percepatan pengurangan dan penghentian stimulus moneter AS. "Reaksi awalnya, dollar AS menguat disertai kenaikan saham. Di sisi lain, emas mengalami tekanan hebat," katanya.
Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, tekanan emas yang terjadi akibat membaiknya rilis data tenaga kerja tersebut kemungkinan akan terus berlanjut. Tekanan ini, kemungkinan besar akan mulai terjadi pada sesi perdagangan Senin.
Menurut Ariston, harga emas masih berpotensi tertekan hebat ke level harga US$ 1.150 per ons troi. Itu akan terjadi setelah pasar di Asia dan Eropa merespon rilis data ketenagakerjaan AS tersebut.
Ariston mengatakan, tren pelemahan ini bisa dilihat dari pergerakan grafik mingguan harga emas yang menunjukkan bahwa indikator moving average convergence divergence (MACD) masih berada di area negatif dan menunjukkan tekanan. Stochastic yang mulai memasuki area oversold tapi belum menunjukkan arah pembalikan tekanan, menunjukkan bahwa harga emas masih rentan koreksi.
Sinyal tekanan lain, juga ditunjukkan oleh indikator relative strength index (RSI) yang cenderung bergerak ke bawah. Sementara, harga yang masih berada di bawah moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 menunjukkan bahwa dalam beberapa waktu ke depan emas masih dibayang- bayangi tekanan.
Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner PT Investa Saran Mandiri mengatakan, harga emas masih menunggu perkembangan ekonomi dunia. Meskipun, dollar AS menguat akibat data tenaga kerja yang bagus, penguatan itu masih bersifat sementara karena psikologis pasar.
Menurut Kiswoyo, emas masih dilirik sebagai logam investasi di pasar, dengan faktor permintaan dan penawaran yang berperan penting terhadap harga emas.
Kiswoyo memperkirakan, harga emas masih akan sideways dalam sepekan, dengan kisaran US$ 1.200 per ons troi - US$ 1.250 per ons troi. Ariston menduga, sepekan ke depan, harga emas akan tertekan di kisaran US$ 1.150-US$ 1.300 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News