Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga emas mulai memudar. Senin lalu (15/4), harga emas kontrak pengiriman Juni 2013 di Bursa Komoditas Amerika Serikat, bahkan sempat berada di US$ 1.361,10 per ons troi, terendah sejak tahun 2011. Kemarin (17/4) hingga pukul 19.00 WIB, harga emas naik tipis ke posisi
US$ 1.375,30 per ons troi (1 ons troi=32 gram).
Selama kuartal I-2013, harga rata-rata kontrak emas US$ 1.633,64 per ons troi. Angka ini turun 4,57% daripada periode yang sama 2012 senilai US$ 1.711,95 per ons troi.
Penurunan harga emas ini berpotensi mempengaruhi kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Apalagi, harga nikel yang juga menjadi produk andalan ANTM belum pulih.
Tapi, bisa jadi efek penurunan harga emas dunia itu tak terlalu besar bagi ANTM. Sebab, ANTM menjual emas dalam mata uang rupiah.
Malah, rata-rata harga emas ANTM di kuartal I-2013 justru naik ketimbang kuartal I-2012, meski pada periode tersebut harga emas dunia melemah. Berdasarkan data ANTM, rata-rata harga emas ukuran 1 gram di ANTM pada kuartal I-2012 mencapai Rp 553.462,12 per gram. Sedangkan, di kuartal I-2013, harga rata-rata jualnya justru naik menjadi Rp 571.828,07 per gram.
Hal ini terjadi, salah satunya akibat rata-rata kurs dollar AS di kuartal I-2012 masih sebesar Rp 9.082 per dollar AS. Sedangkan, di kuartal I-2013, rupiah jeblok dengan rata-rata kurs Rp 9.706 per dollar AS.
Asal tahu saja, penjualan ekspor emas ANTM tak signifikan. Akhir 2012, ANTM menerima Rp 3,95 triliun dari penjualan emas. Dari jumlah itu, hanya Rp 165,66 miliar yang berasal dari pendapatan ekspor. Sisanya adalah kontribusi dari dalam negeri.
Analis Ciptadana Securities, Wilim Hadiwijaya, menilai, penurunan harga emas dunia akan berdampak bagi kinerja ANTM, tetapi tak signifikan, meski emas menyokong 35% dari total pendapatan ANTM di tahun 2012. Memang, penurunan 1% harga emas akan menggerus laba bersih ANTM sebesar 1% juga. "Tapi, sumber pendapatan ANTM cukup beragam," ujarnya.
Misalnya, dari bijih nikel. Tahun ini, ANTM menargetkan produksi bijih nikel naik 38% dan penjualannya meningkat 39%. Bila tercapai, penjualan bijih nikel akan menopang 38,6% total pendapatan ANTM di tahun ini.
Menurut Analis Danareksa Sekuritas, Ananita Mieke, penurunan harga emas akan mempengaruhi kinerja keuangan ANTM. "Tahun lalu emas bisa menolong kinerja Antam saat harga bijih nikel turun 20%," ujar Ananita. Kini, kondisinya rumit karena nikel dan emas sama-sama jeblok.
Tapi, ia belum bisa memastikan dampak penurunan harga emas bagi kinerja ANTM. Dalam model proyeksi yang sudah dia buat, target pendapatan ANTM tahun ini sebesar Rp 10,11 triliun dan laba bersih Rp 909 miliar. Sebagai perbandingan, tahun lalu ANTM meraih pendapatan sekitar Rp 10,44 triliun dan laba bersih Rp 2,99 triliun.
Analis Samuel Sekuritas Yualdo T. Yudoprawiro memprediksikan, kinerja ANTM tahun ini melemah karena penurunan harga komoditas. Ia merekomendasikan hold saham ANTM dengan harga wajar Rp 1.380 per saham.
Ananita juga menyarankan hold saham ANTM dengan target harga Rp 1.330. Wilim menganjurkan buy dengan target Rp 1.750 per saham.
Kemarin, harga ANTM tetap di Rp 1.390 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News