Reporter: Grace Olivia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih terus tertekan. Turunnya tingkat ekspor di sejumlah negara produsen terjadi seiring dengan permintaan yang berkurang dan menjadi sentimen negatif yang merundung harga CPO.
Mengutip Bloomberg, Jumat (4/5), harga CPO kontrak pengiriman Juni 2018 di Malaysia Derivatives Exchange menguat tipis 0,3% ke level RM 2.339 per metrik ton. Hari sebelumnya, harga CPO sempat terpuruk 1,31% ke level RM 2.332 per metrik ton, level terendah untuk kontrak aktif sejak Agustus 2016.
Analis PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar, menjelaskan, harga CPO semakin tertekan karena terjadi penurunan tingkat ekspor oleh Malaysia dan Indonesia.
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor CPO Indonesia ke Amerika Serikat (AS) tercatat sebesar 193.000 ton. Namun, ekspor turun di Februari hingga 50,3% menjadi hanya 95.990 ton.
"Ini terjadi karena ada kebijakan anti-dumping di AS, juga kebutuhan minyak nabati di sana masih bisa terpenuhi karena melimpahnya produksi minyak kedelai di AS maupun Argentina," tutur Deddy, Jumat (4/5).
Sementara, ekspor CPO Malaysia sepanjang April secara keseluruhan juga mengalami penurunan sekitar 5,7% menjadi hanya 5,1 juta ton. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, ekspor mencapai 5,3 juta ton.
Deddy merinci, ekspor menurun seiring berkurangnya tingkat permintaan dari sejumlah negara. Hingga Februari, permintaan CPO India sudah turun 26%, Pakistan turun 22%, dan Uni Eropa turun 17%. Di Uni Eropa, Deddy menambahkan, permintaan CPO juga tertekan karena terkena dampak kampanye hitam (black campaign) mengenai minyak sawit di sana.
"Yang jadi permasalahan untuk CPO sekarang memang adalah permintaannya yang semakin melemah," pungkas Deddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News