kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Harga CPO tertekan penguatan ringgit


Rabu, 04 September 2013 / 06:06 WIB
Harga CPO tertekan penguatan ringgit
ILUSTRASI. Truk bertonase besar membawa batuan hasil tambang untuk diproses di area penambangan emas Tujuh Bukit milik PT Bumi Suksesindo (BSI) di Banyuwangi Jawa Timur, Kamis (5/12). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Agus Triyono | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) kembali terjerembab. Nilai tukar ringgit Malaysia yang menguat membuat pergerakan harga CPO cenderung terbatas.

Harga CPO di Bursa Derivative Malaysia pada Selasa (3/9) pukul 16.00 WIB, untuk pengiriman November turun 0,45% menjadi RM 2.418 per ton. Padahal, sehari sebelumnya, harga CPO menguat 0,99% ke RM 2.428 per ton.

Ringgit Malaysia menguat empat hari belakangan ini, setelah Pemerintah Malaysia menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Harga BBM dinaikkan agar defisit fiskal di Malaysia bisa diakhiri.

Harga minyak dunia yang juga turun tajam selama tiga hari ini juga menekan harga CPO. Han Oiang Sim, analis Philip Futures Pte, Singapura sebagaimana dikutip Bloomberg mengatakan, melemahnya harga minyak dunia dibarengi menguatnya nilai tukar ringgit telah memperlambat pergerakan harga CPO.

Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures mengatakan, kekhawatiran pasar terhadap prospek permintaan CPO dari China juga ikut melemahkan harga. Ini terjadi pasca indeks sektor jasa China anjlok.

Zulfirman bilang, kekhawatiran pasar juga diikuti aksi tunggu terhadap hasil pertemuan bank sentral beberapa negara seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan lainnya. Akibatnya, pasar merespon dengan aksi profit taking. Selain itu, pelemahan rupee India juga memicu penurunan permintaan CPO dari India, sebagai konsumen CPO terbesar setelah China.

Laporan Surveyor Intertek menyebutkan, tingkat ekspor CPO Malaysia pada Agustus 2013 berhasil mencapai 1,5 juta ton naik 6,5% dari Juli. Selain itu, tingkat persediaan CPO pada Juli 2013 turun 37% menjadi 1,66 juta ton, atau menembus level terendah sejak Desember 2012. Meski kabar ini cukup positif namun dapat tidak mengangkat harga CPO. Ini karena, aksi profit taking masih cukup besar.

Selain itu, Suluh Adil Wicaksono, analis Millennium Penata Futures menambahkan, gangguan cuaca diperkirakan akan mengganggu panen CPO. Tapi karena saat ini harga CPO sudah mendekati RM 2.500 per ton, akibatnya penguatan harga CPO terhenti. Bahkan, menurut Suluh level tersebut adalah resistance kuat bagi harga CPO. "Ini koreksi ini teknikal," kata dia.

Secara teknikal, Zulfirman juga melihat, dalam sepekan ke depan, harga CPO akan bergerak mendatar. Ini bisa dilihat dari posisi harga saat ini masih di atas moving average (MA) 50 dan di bawah MA 100 dan 200. Namun, moving average convergence divergence (MACD) di area 0,388 cenderung menguat. Stochastic di level 81 cenderung naik.

Zulfirman memperkirakan, sepekan ke depan, harga CPO akan menguat di RM 2.395- RM 2.460 per ton. Suluh juga yakin, harga CPO akan cenderung menguat dengan asumsi non farm payroll AS memburuk. Adapun, kisaran harga CPO bisa bergerak di kisaran RM 2.400- RM 2.650 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×