Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tingginya pasokan yang masih membayangi harga crude palm oil (CPO) serta kembali menukiknya harga minyak mentah dunia menjadi pemicu terseretnya harga CPO.
Mengutip Bloomberg, Kamis (5/11) pukul 18.05 WIB harga CPO kontrak pengiriman Januari 2015 di Malaysia Derivative Exchange tercatat merosot 0,63% ke level RM 2.345 per metrik ton. Harga ini pun sudah terkikis 1,05% dalam sepekan terakhir.
Ariston Tjendra, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menuturkan potensi koreksi memang rawan terjadi pada harga CPO. Sebabnya, meski di awal perdagangan sempat terlihat menguat, penguatan sudah mendekati level resistance. Itu memicu koreksi teknikal.
“Selain memang stok di Malaysia dilaporkan masih tinggi,” tambah Ariston. Hal tersebut merupakan beban utama pergerakan harga.
CIMB Regional Head of Plantation, Ivy NG, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (3/11), melaporkan stok CPO Malaysia Oktober 2015 diprediksi melonjak 3% dibanding bulan sebelumnya atau naik 25% dibanding Oktober 2014 menjadi 2,72 juta metrik ton.
Penyebabnya karena diduga ekspor CPO Oktober 2015 merosot 2,7% menjadi 1,63 juta metrik ton. Bukan tanpa alasan ekspor Malaysia merosot. Turunnya permintaan dari China dan Eropa berada di balik alasan penurunan tersebut.
Ditambahkan David Ng, Derivative Specialist Phillip Futures, lemahnya permintaan juga datang dari India.
Belum lagi kemerosotan harga minyak dunia. “Ini cukup menambah beban bagi harga CPO,” tambah Ariston.
Setelah sempat berkutat di kisaran level US$ 47 per barel, harga minyak WTI harus kembali menukik di bawah level US$ 46 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News