kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga CPO punya potensi menguat seiring kelonggaran bea impor China ke AS


Jumat, 18 Januari 2019 / 20:02 WIB
Harga CPO punya potensi menguat seiring kelonggaran bea impor China ke AS


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tengah mendapat sentimen positif dan tercatat terus menguat. Mengutip Daily Palm Oil Price, Jumat (18/1) pukul 15:00 WIB harga CPO kontrak Maret 2019 berada di angka RM 2.198 per metrik ton dari yang sebelumnya berada di level RM 2.175 per metrik ton. Angka tersebut naik sebesar 1,05% atau 23 poin.

Analis Asia Trade Point Future, Deddy Yusuf Siregar menjelaskan dorongan positif ini salah satunya datang dari pertemuan Palm Oil Economic Review and Outlook (R&O) 2019 yang diselenggarakan di Putrajaya, Malaysia pada Kamis (17/1).

Dalam pertemuan tersebut, Malaysia diperkirakan akan meningkatkan produksi CPO ke angka 20,3 juta ton di tahun 2019. Sebelumnya, kisaran produksi CPO Malaysia berada di angka 18 juta ton - 19 juta ton per tahun.

Kondisi ini ditopang pula dengan peningkatan penggunaan CPO Malaysia sebesar 20% - 25% di Pakistan. “Di Pakistan, CPO digunakan sebagai minyak goreng,” jelas Deddy. Selain itu, Malaysia juga meningkatkan campuran biodieselnya sebesar 20% dari 10% di tahun 2020.

Sementara sentimen internal datang dari pertemuan Indonesian Palm Oil Association atau Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) yang menyatakan bahwa produksi minyak sawit Indonesia diperkirakan meningkat sebesar 10% pada tahun 2019. “Selain itu, kita bisa lihat jika Indonesia dan Malaysi sama-sama sedang membuka pasar baru dan mencari peluang lain," ujarnya.

Sebelum perang dagang menghadang, Indonesia tercatat melakukan ekspor CPO senilai US$ 17,8 miliar atau Rp 240 triliun pada tahun 2016. Negara tujuan ekspor CPO terbesar saat itu adalah India dengan volume ekspor mencapai 5,1 juta ton pada November 2016 dan di tempat kedua ada Cina dengan jumlah ekspor 2,8 juta ton.

Setelah perang dagang hadir, Indonesia mengalami penurunan ekspor secara bulanan sejak akhir November 2018, bahkan nilai ekspor untuk China berkurang hingga hanya menyentuh 431.500 ton. Dengan meredanya tensi perang dagang antara Cina dan AS, Indonesia dan Malaysia berusaha mencari pasar ke Pakistan, Rusia, dan Norwegia.

Dari sini juga hadir sinyal jika AS akan melonggarkan biaya impor komoditas Cina. "Salah satu komoditas yang banyak dilempar AS ke Cina adalah minyak kedelai, jika ada kelonggaran bea impor tersebut, maka diharapkan hal yang sama juga terjadi pada CPO," ujarnya.

Melihat proyeksi kuartal I-2019, Deddy melihat harga CPO masih akan tertahan di level RM 2.200 per metrik ton. Jika harga CPO bisa menembus level RM 2.200 per metrik ton, berikutnya harga CPO dapat mendekati level RM 2.230 per metrik ton di pekan depan. Sementara sebaliknya, jika pekan depan harga CPO tak mampu menembus angka RM 2.200, ada kemungkinan harga CPO kembali terkoreksi di level RM 2.150 per metrik ton.

Secara teknikal, saat ini harga CPO masih di atas Moving Average (MA) 50 dan 100, namun masih di bawah MA 200. “Dengan demikian, harga CPO dalam jangka menengah berpotensi menguat,”jelas Deddy.

Sementara itu, stochastic berada di area 68, RSI di area 57, dan MACD di area positif. Untuk proyeksi kuartal I 2019, kisaran harga CPO akan berada di level RM 2.200 - RM 2.030 per metrik ton.

Analis Monex Investindo Futures, Dini Nurhadi Yasyi, juga menyebut perundingan dagang antara Cina dan Amerika Serikat menjadi katrol kenaikan harga CPO.

“Tensi dagang antara kedua negara memang belum dapat diekspetasi berlangsung sampai kapan. Namun, saat mereda seperti sekarang, bagus dimanfaatkan oleh Indonesia dan Malaysia untuk menyeimbangkan nilai ekspor agar kekhawatiran oversupply bisa berkurang,”jelasnya.

Dini melanjutkan, jika cadangan CPO yang dimiliki pemerintah saat ini tidak perlu dikhawatirkan. Bila pemerintah bisa memanfaatkan dengan optimal, harga jual bisa makin menguat. “Seidaknya walau nilai jual CPO tidak akan bergerak kemana-mana, kekhawatiran soal oversupply juga tidak akan mempengaruhi, sebab bisa digunakan sendiri,” ujarnya.

Melihat hal tersebut, Dini memproyeksikan harga CPO dalam rentang Kuartal I-2019, akan bergerak di area RM 2.090 per metrik ton - RM 2.360 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×