kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga CPO merosot dari level tertinggi


Rabu, 18 April 2012 / 08:20 WIB
Harga CPO merosot dari level tertinggi
ILUSTRASI. Warga memakai masker saat melintasi di Jalan Mangkubumi, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (6/4/2020). Cuaca hari ini di Jawa dan Bali cerah hingga hujan petir, menurut prakiraan BMKG. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko.


Reporter: Harry Febrian | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) terus koreksi dalam empat hari terakhir. Sebelumnya CPO terus mencetak harga tertinggi baru. Para analis menduga, ekonomi negara maju yang terus melambat disinyalir sebagai pemicu.

Harga CPO pengiriman Juli 2012 kemarin (17/4) di bursa berjangka Malaysia sampai pukul 16.30 WIB telah turun 2,81% dari level tertinggi 18 Oktober 2011 ke US$ 3.488 per ton. Dimana level tertinggi tersebut pada (10/4) di US$ 3.589 per ton.

"Sebenarnya data permintaan masih cukup banyak, tapi kondisi ekonomi global yang melambat memang membuat harga sebagian besar komoditas, termasuk CPO menurun," ujar Ibrahim, analis Harvest International Futures. Di India misalnya, permintaan CPO masih tinggi karena berlangsung festival budaya.

Apalagi CPO masih menjadi pilihan sejumlah negara besar seperti China dan Jepang. Namun efek pelambatan ekonomi ternyata signifikan. Maklum, Spanyol, Italia dan Portugal merupakan negara kunci di Eropa. "Jika masalah tidak selesai, perlambatan bisa semakin menjadi," kata Ibrahim.

Masalah geopolitik di Iran yang mereda, menurut Ibrahim juga akan menekan harga minyak. "Harga minyak bisa turun. Ini bisa menyeret harga CPO," jelas dia. Ia memperkirakan harga CPO April ini akan bergerak di area RM 3.400 - RM 3.550.

Renji Betari, Analis Pasar Fisik Komoditas SoeGee Futures, menilai secara teknikal pelemahan harga CPO masih dalam taraf wajar. "Harga hanya sedang swing dan sedikit terkoreksi dalam beberapa hari untuk menutup gap harga yang ada di lower chart," ujar dia. Karena itu, ia memprediksi harga CPO masih akan berada di kisaran RM 3.550.

Pasokan masih seret

Apalagi, sentimen fundamental masih mendongkrak harga. Antara lain, masalah kekeringan di Amerika Selatan dan cuaca di Malaysia yang bakal mengganggu panen.

"Sedang ada pembicaraan tentang cuaca basah di Sabah yang memperlambat panen, sehingga hal ini bisa mendukung kondisi pasar," ujar Ryan Long, Vice President of Futures and Options OSK Holdings seperti dikutip Bloomberg.

Menurut Malaysian Palm Oil Board, wilayah timur Sabah merupakan daerah penghasil CPO terbesar. Badan Meteorologi Malaysia meramal cuaca hujan badai menerjang wilayah tersebut. Standard Chartered memperkirakan siklus produksi rendah CPO bisa bertahan lebih lama dibanding November 2011.

Median dari 11 analis dan trader yang dihimpun Bloomberg meramal harga CPO masih berpeluang menguat 9,3% ke level RM 3.800 per ton hingga akhir tahun.

Bahkan Dorab Mistry, Direktur Godrej International, memprediksi, harga CPO masih bisa menyentuh level RM 4.000 bulan Juni. Pasalnya, Dorab yang telah 30 tahun berkecimpung dalam dunia trading minyak makanan menghitung, pertumbuhan produksi tahun ini akan melambat menjadi 2 juta ton. Anjlok dibandingkan tahun lalu sebesar 5,5 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×