kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Harga CPO kembali cetak rekor usai menyentuh RM 2.902 per ton


Senin, 14 September 2020 / 19:13 WIB
Harga CPO kembali cetak rekor usai menyentuh RM 2.902 per ton
ILUSTRASI. Produksi CPO Turun: Panen buah kelapa sawit di Bogor, Minggu (30/8). Council of Palm Oil Producing Countries (CPOC) memperkirakan produksi CPO di Indonesia dan Malaysia tahun ini turun cukup dalam. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan tenaga kerja aki


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Naiknya permintaan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di tengah suplai yang menurun membuat harga CPO kembali melambung capai rekor. 

Mengutip Bloomberg, Senin (14/9), harga CPO kontrak pengiriman Oktober 2020 di Bursa Malaysia Derivatif naik 3,32% mencetak rekor tertinggi ke RM 2.902 per ton. 

Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan secara umum harga CPO naik karena harga komoditas lain juga cenderung naik setelah penguatan dollar AS tidak lagi perkasa seperti tahun-tahun lalu. Dollar AS kini dibiarkan melemah dan terkonfirmasi oleh kebijakan bersejarah The Fed soal inflasi dari batas 2% menjadi target rata-rata 2%. 

Baca Juga: Ekonom Bank Permata memprediksi neraca dagang Agustus 2020 surplus US$ 2,24 miliar

"Ini adalah pelonggaran moneter, inflasi dibiarkan naik tanpa harus menaikkan suku bunga sehingga dollar AS tidak bisa menguat signifikan," kata Wahyu, Senin (14/9). Dampaknya, aset komoditas menguat saat dollar AS melemah. 

Wahyu juga melihat harapan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang didukung stimulus besar dari bank sentral maupun pemerintah memicu investor mengejar berbagai aset yang berhubungan dengan pertumbuhan dan inflasi (reflationary trade). Kesimpulan Wahyu, komoditas termasuk CPO masih potensial dan harga bisa menguat seiring tren pelemahan dollar AS. 

Kenaikan harga CPO ini juga seiring dengan kenaikan harga tembaga dan minyak. Selain itu, kenaikan harga CPO juga didukung dari naiknya permintaan. Apalagi, CPO kini bukan hanya dibutuhkan industri pangan tetapi juga energi dalam bentuk biodiesel. 

Baca Juga: Reksadana Campuran Masih Bisa Mujur di 2020, asalkan Racikannya Manjur

Di satu sisi suplai CPO terganggu karena produksi CPO dari Indonesia dan Malaysia menurun imbas cuaca buruk akhir tahun lalu dan lockdown karena pandemi.

Selanjutnya: Pinago (PNGO) Fokus Efisiensi Usai Sukses Menggelar IPO

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×