kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga CPO Berpotensi Turun Lagi, Cermati Saham Rekomendasi Analis


Senin, 13 Juni 2022 / 20:05 WIB
Harga CPO Berpotensi Turun Lagi, Cermati Saham Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Harga CPO Berpotensi Turun Lagi, Cermati Saham Rekomendasi Analis


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga jual minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) terus merosot. Berdasarkan data Bloomberg, harga CPO kontrak pengiriman Agustus 2022 berada di level RM 5.793 per ton pada perdagangan Senin (13/6).

Harga tersebut turun 2,14% dibanding harga pada akhir pekan lalu yang sebesar RM 5.920 per ton. Bahkan, pada awal perdagangan pekan kemarin, harga CPO masih berada di level RM 6.505 per ton.

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Andreas Kenny, mengatakan, penurunan harga CPO tersebut terjadi karena membanjirnya pasokan akibat dibukanya keran ekspor CPO.

Pemerintah juga menerapkan kebijakan flush out alias percepatan penyaluran ekspor sehingga eksportir yang tidak tergabung dalam program Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH) bisa melakukan ekspor.

Baca Juga: Neraca Perdagangan pada Mei 2022 Diproyeksikan Menyusut

Analis RHB Sekuritas Muhamamd Wafi menambahkan, penurunan harga CPO juga disebabkan oleh produksi Indonesia dan Malaysia yang mulai naik lagi. Ia memprediksi harga CPO masih bisa turun ke level RM 5.500-RM 5.300 per ton.

Begitu juga dengan Andreas yang memprediksi bahwa penurunan harga CPO global masih dapat berlanjut, tetapi terbatas sampai dengan RM 5.000 per ton saja. Sentimen pemberat bagi harga CPO berasal dari adanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi resesi global di tengah inflasi yang tetap tinggi.

Meskipun begitu, untuk semester II-2022, Andreas melihat ada peluang bagi harga CPO untuk naik kembali. "Perkiraan harga CPO di paruh kedua 2022 secara rata-rata berada di RM 6.000 per ton," kata Andreas saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (13/6).

Pendorong kenaikan ini terkait dengan adanya fenomena La Nina ketiga di Amerika Selatan dan Amerika Utara yang berpotensi menurunkan produksi CPO karena efek kekeringan.

Wafi juga melihat, setelah turun, harga CPO masih dapat naik lagi ke tingkatan yang wajar, yakni di RM 5.500-RM 5.700 per ton. Potensi kenaikan harga ini seiring dengan masih tingginya permintaan CPO dari India, China, Eropa, dan Timur Tengah.

Baca Juga: Menghitung Windfall Profit Pemerintah dari Harga Minyak yang Kembali Meningkat

Meskipun begitu, untuk saat ini Wafi menyarankan pelaku pasar untuk menghindari saham-saham CPO terlebih dahulu sampai kebijakannya lebih stabil. "Kalaupun mau ambil, lebih baik yang besar jualan domestiknya dibanding ekspor atau yang memproduksi biodiesel," ucap Wafi.

Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah emiten dengan kapitalisasi pasar yang besar. Wafi mengunggulkan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dengan target harga Rp 1.490 per saham dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dengan target harga Rp 11.770 per saham.

Sementara itu, Andreas menyarankan investor untuk menunggu momen beli yang tepat karena saat ini masih terjadi aksi jual yang dominan pada saham-saham CPO.

"Untuk rekomendasi masih buy dengan upside yang masih lega, tetapi saat sell off seperti ini, lebih baik stay cash dulu turun sampai bawah," kata Andreas.

Saat ini, saham-saham yang ada di coverage-nya adalah AALI dengan target harga Rp 20.000 per saham, LSIP Rp 2.200, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DNSG) Rp 1.000, dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) Rp 2.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×