Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Harga batubara kembali melemah, menyusul rilis defisit neraca perdagangan China serta informasi mengenai penyusunan regulasi batubara di India. Padahal, pekan lalu, harga batubara sempat bangkit dari level harga terendah sejak Juli 2009.
Harga batubara untuk pengiriman Juli 2013 di ICE Futures, Selasa (9/4), turun 0,56% menjadi US$ 88,45 per metrik ton. Namun, harga batubara naik 2,19% sepekan ini.
Dikutip dari NDTV, Group of Minister (GoM) India menggelar pertemuan awal yang membahas tentang pembentukan regulator pengawas sektor batubara, Rabu (10/4). Badan regulator batubara ini dianggap penting untuk memperbaiki pedoman revisi harga, pengaturan margin perdagangan dan transparansi dalam alokasi cadangan batubara, serta praktik-praktik lain terkait batubara.
Analis senior Harvest International Futures Ibrahim mengatakan, batubara berada dalam level harga yang wajar. Penurunan harga ini disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, ada indikasi perlambatan sektor industri China, yang ditunjukkan oleh defisit neraca perdagangan China bulan Maret. Harga batubara bisa semakin turun jika industri China yang merupakan konsumen terbesar batubara melambat.
Kedua, krisis di Semenanjung Korea menimbulkan kekhawatiran akan semakin seriusnya konflik. Penggunaan energi listrik di kawasan industri gabungan Korea sebagian besar menggunakan batubara. Alhasil, gejolak politik ini bisa menurunkan permintaan.
Ketiga, masalah pembentukan regulasi batubara di India. Penggunaan batubara sebagai sumber energi selama ini telah menimbulkan beberapa efek negatif, yaitu masalah limbah. India merupakan salah satu konsumen batubara terbesar di dunia. Informasi dari India ini turut mempengaruhi pergerakan harga.
Pembahasan mengenai regulator batubara ini memicu asumsi bahwa India akan mengurangi penggunaan batubara. "Saat ini yang muncul baru indikasi, tetapi jika di kemudian hari India benar-benar mengurangi permintaannya, maka harga batubara bisa merosot tajam," kata Ibrahim.
Padahal, produksi batubara di negara-negara produsen utama, seperti Indonesia dan Australia, makin besar. Stok batubara di pasar global pun masih cukup tinggi. Kedua hal ini akan menekan harga batubara. "Kenaikan harga batubara yang mungkin terjadi hanya kenaikan terbatas dan bukan tren penguatan. Itu pun dengan catatan, adanya kenaikan kinerja sektor industri China dan kejelasan konflik di semenanjung Korea," imbuh Ibrahim.
Sampai akhir pekan ini, Ibrahim meramalkan, harga batubara masih bisa menguat terbatas, di kisaran US$84,80 – US$ 89,90 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News