CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.902   -8,00   -0,05%
  • IDX 7.161   -53,29   -0,74%
  • KOMPAS100 1.093   -9,23   -0,84%
  • LQ45 870   -5,50   -0,63%
  • ISSI 216   -1,84   -0,84%
  • IDX30 446   -2,21   -0,49%
  • IDXHIDIV20 539   -0,29   -0,05%
  • IDX80 125   -1,02   -0,81%
  • IDXV30 136   0,09   0,06%
  • IDXQ30 149   -0,46   -0,31%

Harga Batubara Terus Memanas, Ini Faktor Penyebabnya


Kamis, 03 Maret 2022 / 11:47 WIB
Harga Batubara Terus Memanas, Ini Faktor Penyebabnya
ILUSTRASI. Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rally harga batubara belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Sepanjang Februari, harga batubara sudah menguat sebesar 38,22% secara month over month. Kini memasuki Maret, harga batubara kembali tancap gas dengan menyentuh level US$ 446 per ton. Bahkan, jika dihitung secara year to date, harga batubara telah menguat hingga 233,83%.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menduga penguatan harga batubara akibat musim dingin yang berkepanjangan di negara yang memiliki 4 musim baik di Asia, Asia Tengah, Eropa, Amerika serta akibat perang yang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina.

"Jadi awalnya musim dingin itu seharusnya bulan Februari ini udah selesai tetapi kenyataannya musim dingin ini hingga sekarang ini masih musim hujan. Terutama di seantero negara yang memiliki 4 musim baik di Asia, Asia Tengah, Eropa, ataupun Amerika. Mengalami satu permasalahan musim salju yang ekstrim sehingga kebutuhan batu bara mengalami kenaikan" ujar Ibrahim.

Di sisi lain, Ibrahim menyampaikan perang di Ukraina dan Rusia ini membuat suatu ketegangan baru yang dimana kebutuhan minyak mentah dunia ini semakin tinggi sedangkan produksinya stagnan.

Baca Juga: Harga Minyak Lanjut Menguat, Dibayangi Kecemasan Pasokan Imbas Invasi Rusia

Menurut perkiraan Ibrahim saat produksi stagnan sedangkan harga minyak mentah dunia di atas US$ 100 per barel dan harga gas alam yang juga masih tinggi, orang-orang akan beralih ke batubara.

"Bahwa kebutuhan batubara di setiap negara tinggi sekali pada saat terjadi perang berarti suplai transportasi untuk batubara ke laut Atlantik ke Eropa ini terhambat akibat perang sedangkan hampir semua negara di dunia itu menggunakan pembangkit listrik tenaga uap" tutur Ibrahim

Ibrahim juga menyampaikan Cina merupakan salah satu negara yang memasok listrik di Asia Tengah sehingga dengan adanya krisis yang tejadi di Ukraina berdampak juga terhadap Tingkok yang merupakan salah satu importir batu bara terbesar di dunia.

Menurut Ibrahim harga batubara diperkirakan akan mencapai lebih dari US$ 490 per ton. "Ya kalau batu bara sudah mencapai US$ 446 Ton, bisa saja mencapai US$ 500 per ton," ucap Ibrahim.

Ibrahim juga menyampaikan beberapa negara juga memproduksi gas alam, minyak dan batubara tetapi tidak memiliki kecukupan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga harus melakukan impor dan akan memfokuskan diri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menunda impor dari luar.

Baca Juga: Dampak Perang Ukraina dan Rusia, Harga Minyak Naik

Selain itu Ibrahim juga menyakinisalah satu cara untuk menurunkan harga batubara adalah dengan perdamaian antara Rusia dan Ukraina sehingga jalur perdagangan kembali normal.

"Kalau Rusia-Ukraina sudah kembali normal kemudian sudah ada pembangunan-pembangunan di Ukraina. Pada saat Ukraina sudah selesai perangnya ya harga akan balik lagi, karena Rusia akan menarik pasukannya kembali dan hubungan diplomatik antara Rusia, Eropa, Inggris dan Amerika akan membaik," tutup Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×