Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjalani 2022, rupanya komoditas batubara langsung tancap gas. Pada hari ini, Selasa (18/1) harga batubara kontrak pengiriman Maret di ICE Newcastle sudah berada di level US$ 198,5 per ton.
Padahal, pada awal tahun ini, harga batubara masih berada di level US$ 139,55 per ton. Artinya secara year to date, harga si batu hitam ini sudah menguat hingga 42,24%.
Research & Development ICDX Girta Yoga menjelaskan, faktor yang memicu kenaikan harga batubara pada awal tahun ini adalah adanya gangguan pasokan di tengah meningkatnya permintaan.
Baca Juga: Ingin Jaga Stok, China Minta Penambang Batubara Beroperasi Normal di Masa Libur Imlek
Salah satunya adalah keputusan pemerintah Indonesia yang sempat melarang ekspor batubara seiring pasokan batubara dalam negeri saat itu sedang kekurangan. Indonesia merupakan salah satu eksportir utama batu bara termal di dunia sehingga larangan tersebut pada akhirnya sempat mengganggu pasokan.
Meskipun pada 13 Januari kemarin, pemerintah sudah mengizinkan tujuh perusahaan eksportir batubara untuk kembali melakukan ekspor, Yoga menilai total pasokan ekspornya tentu jauh lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Terlebih lagi larangan ekspor batubara belum sepenuhnya dicabut. Artinya ada potensi kembali diberlakukan moratorium ekspor untuk batubara Indonesia,” kata dia.
Baca Juga: Investor Asing Berburu Cuan di Bursa Saham Lokal
Sementara di sisi lain, Yoga juga menyebut permintaan dari pasar global masih sangat kuat. Hal ini disebabkan oleh masih tingginya harga gas alam di Eropa sehingga mendorong pembangkit listrik di sana menggunakan lebih banyak batubara untuk menghasilkan energi.
Kendati begitu, dia menilai kenaikan harga batubara saat ini kemungkinan hanya bersifat sementara. Ketika sudah ada kejelasan mengenai kebijakan ekspor batubara Indonesia serta kembali stabilnya pasokan gas alam, harga batubara bisa kembali melandai.
Pasalnya, tidak dapat dipungkiri bahwa krisis energi memegang peranan penting dalam memicu terjadinya lonjakan harga komoditi energi global yang terjadi saat ini. Hal yang sama juga sempat terjadi pada tahun lalu ketika krisis energi membuat harga batubara berhasil menembus level all time high.
Baca Juga: Kata Analis Terkait Masuknya Dana Asing ke Pasar Modal Indonesia Sejak Awal 2022
Lebih lanjut, Yoga mengatakan, jika dilihat dari pergerakan awal tahun 2021 di mana harga batubara masih di bawah level US$ 90 per ton, maka kenaikannya itu mencapai lebih dari 100 persen.
“Dari tren ini mengindikasikan harga batubara masih berpotensi menguat. Untuk kembali stabil setidaknya ke level sebelum krisis energi, maka membutuhkan intervensi yang sangat besar, terlebih ketika krisis energi tersebut masih belum benar-benar usai,” imbuhnya.
Adapun, untuk tahun ini, Yoga memperkirakan setidaknya hingga kuartal pertama, harga batubara berpotensi bertahan dengan level resistance di kisaran harga US$ 250 per ton-US$ 275 per ton. Namun, ketika kedua masalah tadi mereda, maka harganya berpotensi menemui level support di kisaran harga US$ 175 per ton-US$ 200 per ton.
Baca Juga: Meski Harganya Terus Melejit, Saham Emiten Batubara ini Masih Menarik Untuk Dilirik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News