Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca bergerak dalam area konsolidasi sejak akhir Juli lalu, harga batubara mulai kembali menanjak. Harga komoditas energi ini terangkat di tengah stabilnya tingkat permintaan yang diiringi potensi suplai yang mengetat.
Mengutip Bloomberg, harga batubara kontrak pengiriman Oktober 2018 di ICE Futures pada Selasa (28/8) lalu berada di posisi US$ 111,00 per metrik ton atau naik 0,68% dari posisi harga sebelumnya. Dihitung dalam sepekan, harga batubara telah menguat 2,26%.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menjelaskan, sejatinya harga batubara masih berada dalam tren yang positif. "Selama masih bergerak di atas US$ 100 per metrik ton, harga batubara masih ada potensi menguat sampai akhir tahun," kata Deddy, Rabu (29/8).
Mengutip Bloomberg, berdasarkan data Global Commodities Trade Flows, ekspor batubara Indonesia sepanjang pekan lalu turun menjadi 3,04 juta ton, dari 5,75 juta ton pada pekan sebelumnya.
Deddy berpendapat, penurunan ekspor Indonesia dipicu oleh upaya memenuhi kebutuhan domestik terlebih dahulu yang juga cenderung meningkat.
Dalam catatan Deddy, Perusahaan Listrik Negara (PNL) hingga Juli lalu sudah menyerap sekitar 50,6 juta ton batubara untuk kebutuhan pembangkit listrik. "Sampai akhir tahun, PLN memperkirakan kebutuhan batubaranya akan mencapai 92 juta ton dan persentasenya sudah mencapai 55% dari suplai yang ada dalam negeri," kata Deddy.
Memang, Indonesia masih mengimpor batubara dari Australia untuk membantu memenuhi kebutuhan domestik. Namun, seperti diketahui, pemerintah tengah berusaha mengerem impor demi menjaga neraca dagang dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Tak hanya di Indonesia, kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik juga kian tinggi di India. Deddy menyebut, sampai akhir semester-I 2018, kebutuhan batubara India untuk pembangkit listrik mencapai 62 juta ton. Ini lebih tinggi ketimbang kebutuhan di periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya 56 juta ton.
Kendati begitu, pergerakan harga batubara juga masih dipengaruhi sentimen negatif dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. "Pelaku pasar masih berekspektasi pertemuan AS dan China akhir Agustus nanti bisa membawa hasil yang positif seperti kesepakatan antara AS dan Meksiko kemarin," ujar Deddy.
Selain itu, Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, penguatan mata uang dollar AS juga turut mempengaruhi harga batubara selanjutnya. Meski dari sentimen supply dan demand menopang harga batubara, penguatan indeks dollar dinilainya akan menahan laju harga batubara untuk mencapai level lebih tinggi.
"Kenaikan harga batubara saat ini, misalnya, tentu tak lepas dari momentum koreksi yang sempat dialami dollar AS," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News