Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga batubara menyusut selama satu pekan terakhir. Nilai kontrak pengiriman batubara untuk Desember 2011 di bursa Newcastle, Australia, Senin (3/10), adalah US$ 121,50 per ton. Itu rekor harga terendahnya dalam sebulan terakhir.
Harga komoditas energi ini turut terpengaruh laju perekonomian global yang melambat. "Ada tekanan berkelanjutan terhadap harga komoditas karena kekhawatiran melemahnya prospek pertumbuhan global. Secara keseluruhan komoditas memasuki masa bearish," ujar Michael McCharthy, Analis CMC Markets Asia Pacific Pty Ltd kepada Bloomberg, kemarin.
Penurunan harga batubara mengekor pelemahan harga minyak mentah yang terjadi di pasar internasional. Harga minyak mentah di New York kemarin melemah 1,52% menjadi US$ 76,43 per barel.
Analis Asia Kapitalindo Futures, Suluh Adil Wicaksono, mengungkapkan, pelaku industri kini memilih menggunakan minyak mentah daripada batubara. Ini karena harga minyak cenderung melemah. "Tidak ada alasan orang membeli batubara jika harga minyak masih murah," kata Suluh, kemarin.
Dia menjelaskan batubara memiliki kelemahan dalam hal sifat pembakarannya, penggunaan minyak mentah jauh lebih efisien ketimbang batubara. Maka itu, penggunaan batubara dapat digantikan minyak mentah atau gas alam jika harga komoditas lainnya itu lebih murah.
Selama harga minyak di bawah US$ 80 per barel, maka harga batubara masih akan tertekan. "Bukan tidak mungkin batubara mendekati harga US$ 100 per ton di akhir tahun ini, apalagi jika Amerika Serikat dan Eropa resesi," ujar Suluh. Dia memprediksi pada akhir Oktober nanti batubara menyentuh titik support US$ 115 per ton.
Tokyo Electric Power Co, perusahaan pembangkit listrik terbesar di Jepang, pada Senin (26/9) pekan lalu, menyatakan akan lebih sedikit menggunakan batubara untuk meningkatkan efisiensi. Harga minyak dan gas alam sebagai komoditas substitusi batubara sudah cukup murah sebagai bahan bakar.
Kabar lain datang dari China. Negara yang mengandalkan batubara sebagai tenaga listrik ini tengah mengalami kemerosotan industri pertambangan. Harga Saham Yanzhou Coal Mining Co, produsen batubara terbesar keempat di China, kemarin telah merosot 46% sejak akhir Mei lalu.
Analis Harvest International Futures, Ibrahim, memperkirakan harga batubara bisa menyentuh US$ 119 per ton. "Tapi di akhir kuartal empat ini kebutuhan batubara akan naik lagi," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News