kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Harga batubara berpotensi kembali naik ke US$ 170-US$ 180 per ton, ini pendorongnya


Selasa, 17 Agustus 2021 / 16:37 WIB
Harga batubara berpotensi kembali naik ke US$ 170-US$ 180 per ton, ini pendorongnya
ILUSTRASI. Sejumlah kapal tongkang pengangkut batubara melakukan bongkar muatan di perairan Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara terus mencetak rekor harga tertinggi baru. Di tengah permintaan batubara dari China yang meningkat sementara suplai menurun, analis memproyeksikan dalam waktu dekat belum ada sentimen yang memicu koreksi harga batubara.  

Berdasarkan Bloomberg, Senin (16/8), harga batubara kontrak September 2021 di Ice Newcastle sentuh rekor tertinggi di US$ 169,75 per metrik ton. Dalam sepekan harga batubara naik 3,86%. 

Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono mengatakan faktor utama yang membuat harga batubara terus naik adalah meningkatnya permintaan batubara dari China. 

Sementara, produksi batubara China menurun dan China masih melarang impor batubara dari Australia. 

Kenaikan batubara di China turut dipengaruhi oleh produksi baja, pengguna bahan bakar batubara yang juga meningkat. Wahyu mengatakan berdasarkan data World Steel Association produksi baja mentah di China naik 14% dalam lima bulan pertama di tahun ini. 

Baca Juga: Sinarmas Sekuritas rekomendasikan beli saham Astra International (ASII)

"Harga batubara naik didorong oleh naiknya permintaan dari China, bahkan pembeli dari China siap untuk mengamankan pasokan batubara di harga yang sedang tinggi," kata Wahyu, Senin (15/8). 

Di satu sisi, China kewalahan dalam menyediakan suplai seiring kenaikan permintaan yang terjadi setelah ekonomi China pulih dari pandemi.

Sementara, suplai dari negara lain juga terbatas karena China masih belum bisa membeli batubara dari Australia karena kebijakan pelarangan impor dari negara tersebut. 

Ditambah permintaan batubara dari Jepang dan Eropa juga meningkat setelah kedua negara tersebut beralih dari menggunakan gas alam ke batubara yang memiliki harga lebih murah. 

"Dari eropa diiringi isu harga gas alam yang melonjak terkait pipa Rusia juga signifikan membuat harga batubara naik," kata Wahyu. 

Harga batubara di Eropa kini jadi lebih murah dibandingkan harga gas alam lantaran Rusia mengetatkan pasar gas alam karena krisis pasokan. 

Di sisi lain, pasokan batubara semakin menurun karena produksi dari Indonesia terganggu musim hujan. 

Wahyu mengatakan di tengah krisis pasokan batubara, maka wajar bila belum ada sentimen yang dapat mengoreksi harga batubara secara signifikan dalam waktu dekat. 

Wahyu memproyeksikan harga batubara berpotensi naik kembali ke rentang US$ 170 per metrik ton-US$ 180 per metrik ton. 

Namun, di tengah harga batubara yang konsisten naik, Wahyu memproyeksikan harga batubara rentang koreksi di kuartal IV-2021 atau awal kuartal I-2022.

Selanjutnya: Kinerja sejumlah emiten LQ45 ciamik di semester I 2021, simak rekomendasi sahamnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×