Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sektor unggas masih menunjukkan kekuatan hingga tiga bulan terakhir 2016. Harga ayam yang masih stabil berpengaruh positif bagi kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).
Di kuartal tiga tahun ini, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) anak ayam naik 3,1% dibanding kuartal sebelumnya, menjadi Rp 4.911 per anak ayam. Sementara ASP ayam pedaging menjadi Rp 17.356 per kilogram, atau turun 0,6% dari kuartal kedua.
Michael Setjoadi, analis Bahana Securities, mengatakan, kenaikan harga didukung oleh rendahnya kuota impor serta culling atau pemusnahan tiga juta indukan ayam. Hal ini mengurangi sekitar 15% pasokan anak ayam. Pemusnahan bibit ayam ini sengaja dilakukan lantaran pasokan dianggap berlebih.
Meski masih ada kelebihan pasokan, Michael percaya margin ayam pedaging dan bibit masih terjaga. "Tapi mungkin ada kontraksi volume penjualan kuartal per kuartal, terutama karena Idul Adha, yang menyebabkan konsumsi daging sapi dan domba lebih tinggi," tulis Michael dalam risetnya.
Kenaikan harga ayam ini membuat Michael mengerek proyeksi pendapatan JPFA tahun ini dari Rp 26,18 trliun menjadi Rp 27,18 triliun. Dia pun menambah prediksi laba JPFA dari Rp 1,2 triliun menjadi Rp 1,5 triliun.
Yosua Zisokhi, analis MNC Securities, berpendapat, saat ini mungkin sudah tidak ada culling lagi sehingga harga ayam potong mulai stabil. Menurut Yosua, rata-rata harga ayam potong Rp 16.000 per ekor ayam. Harga ayam paling rendah saat ini diperkirakan sekitar Rp 15.000.
"Mungkin sampai akhir tahun bisa naik lagi jadi sekitar Rp 18.000 per ekor," jelas Yosua kepada KONTAN, Senin (3/10).
Tapi, Yosua memprediksi harga anak ayam akan stagnan di rentang harga Rp 4.000–Rp 5.000 per ekor. Yosua menambahkan, biasanya harga ayam di kuartal III turun dibanding kuartal II dan mulai merangkak naik di kuartal terakhir.
Tapi fluktuasi harga ayam ini berpengaruh tipis bagi perusahaan yang terintegrasi, seperti JPFA. Emiten ini menguasai pangsa pasar di industri unggas karena memiliki varian produk dari pakan ternak, ayam potong, anak ayam, sampai daging olahan.
"Misalkan satu harga turun, harga yang lain bisa naik. Jadi bisa saling menutupi," ujar Yosua. Ia yakin, kinerja JPFA akan semakin baik di semester kedua ini, didukung kenaikan harga ayam dan penguatan kurs rupiah yang bisa menekan utang dollar JPFA.
Yosua memperkirakan, tahun ini JPFA bisa mencetak laba bersih Rp 2 triliun dan pendapatan Rp 24 triliun.
Mimi Halimin, analis Daewoo Securities masih konsisten dengan rekomendasi overweight pada sektor unggas. Mimi membuat rekomendasi tersebut berdasarkan beberapa faktor, yaitu harga anak ayam yang tangguh pasca Lebaran, produk unggas yang masih terjangkau untuk jenis protein hewani di Indonesia, kinerja emiten yang baik di semester pertama, serta kurs rupiah yang kuat.
Mimi merekomendasikan beli saham JPFA dengan target Rp 1.760. Michael merekomendasikan netral dengan target lebih tinggi, Rp 2.000 per saham, yang didasarkan pada price earning ratio 2017 sebesar 15 kali. Yosua mengubah rekomendasi JPFA dari beli menjadi tahan dengan target Rp 1.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News