Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga aluminium pada penutupan perdagangan pekan lalu terpantau menguat. Hebatnya, penguatan ini terjadi di tengah pelemahan harga logam industri lain seperti tembaga, nikel, dan timah.
Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (18/4), harga harga aluminium kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME), naik 0,91% ke US$ 1.867 per metrik ton. Sementara, selama sepekan sebelumnya, harga aluminium naik 0,37% dari US$ 1.860 per metrik ton.
Asal tahu saja Futures aluminium Shanghai bertahan stabil setelah naik lima hari karena stok aluminium menurun yang menandakan kenaikan musiman dalam permintaan. SMM Information & Technology Co melaporkan stok aluminium ingot turun menjadi 1,587 juta ton pada bulan ini.
Biaya alumina, yang digunakan untuk memproduksi aluminium di China pun naik 0,7% menjadi 2.715 yuan per ton pada hari ini. Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai, kenaikan harga komoditas ini tak dipungkiri karena indeks penjualan rumah baru Amerika Serikat (AS) menanjak. Wajar saja sebab aluminium adalah salah satu elemen penting industri properti.
Pemerintah AS melaporkan pada periode Maret data penjualan rumah baru AS terjual 667.000 rumah. Angka ini naik 1,5% dari pencapaian Januari 2019 sebanyak 657.000 rumah. Kata Ibrahim, permasalahan supply yang turun dan demand yang tinggi pada akhirnnya menguntungkan aluminium. “Perlu diperhatikan rilis data untuk periode selanjutnya jika melemah maka aluminium bisa terkoreksi,” tutur Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (23/4).
Ekonomi China sebagai produsen dan konsumen aluminium lambat laun berbalik arah setelah bulan lalu diramal akan melambat. Pekan lalu rilis data ekonomi China yakni gross domestic product (GDP) kuartal pertama 2019 tumbuh 6,4%. Angka ini lebih tinggi daripada ekspektasi sebelumnya di level 6,3%.
Ibrahim menilai, harga komoditas energi terfavorit yakni minyak dalam tren naik akan selalu menguntungkan aluminium. Apalagi hari ini harga minyak global WTI naik 0,54% di level US$ 65,91 per barel.
Hal ini terjadi setelah imbauan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang mengatakan bahwa semua negara harus memutus impor minyak dari Iran. Trump menegaskan paling tidak negara importir melaksanakannya pada awal bulan depan.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim meramal harga aluminium masih akan melanjutkan penguatan di level US$ 1.848-US$ 1.887 per metrik ton. Lebih lebar, prediksi harga dalam sepekan di kisaran US$ 1.825-US$ 1.890 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News