Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Harga aluminium diprediksi turun, setelah rilis data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) pada kuartal keempat 2012 menunjukkan penurunan 0,1%. Harga sempat naik tinggi karena efek positif rilis indeks manufaktur China.
Harga aluminium untuk pengiriman tiga bulan ke depan di London Metal Exchange (LME), Rabu (30/1), naik 2,14% menjadi US$ 2.104 per metrik ton, dibanding hari sebelumnya. Sebulan terakhir, harga aluminium naik 1,5%.
Harga komoditas industri, seperti aluminium sempat naik tinggi saat rilis indeks manufaktur China naik dari 50,6 di bulan Desember menjadi 51 di Januari. Optimisme meningkatnya permintaan menjadi kunci kenaikan harga aluminium awal pekan ini.
Namun, pengumuman data PDB kuartal keempat AS sempat menekan harga aluminium. Perkembangan ekonomi AS memang masih menjadi barometer pergerakan harga komoditas, termasuk aluminium, sehingga adanya penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi menyebabkan pelaku pasar khawatir.
Terkait dengan hasil negatif pada data AS, Federal Open Market Committee (FOMC) mengeluarkan pernyataan bahwa Federal Reserve masih akan meneruskan program stimulus moneter sampai tingkat pengangguran berada di level 6,5%. Selain itu, The Fed juga masih akan mempertahankan tingkat suku bunga di level 0% - 0,25%.
Ibrahim, analis senior Harvest International Futures mengatakan, diteruskannya program stimulus AS seharusnya berdampak positif untuk komoditas industri. Namun, perkembangan ekonomi di AS dan Eropa yang masih labil menimbulkan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi kembali melambat.
Meski pertumbuhan ekonomi China menunjukkan peningkatan, tetapi bila ekonomi AS dan Eropa melambat, dampaknya akan menyeret China. "AS dan Eropa merupakan pasar potensial bagi produk China selama ini," kata Ibrahim.
Saat ini, pelaku pasar tengah menanti rilis data pengangguran AS. Perkiraan awal adalah akan ada kenaikan jumlah pengangguran di AS. Hal ini semakin meningkatkan kekhawatiran dari para pelaku pasar tentang kepastian pertumbuhan ekonomi di AS.
Secara teknikal, Ibrahim melihat, harga aluminium masih akan tertekan. Indikator bollinger band 20 80% berada di atas bollinger tengah. Indikator relative strength index (RSI) 55% arahnya negatif, mengindikasikan adanya sinyal bearish.
Sampai akhir pekan ini, Ibrahim memprediksi, harga aluminium akan tertekan dengan pergerakan harga di kisaran US$ 2.082 – US$ 2.160 per ton. Sepekan mendatang, harga aluminium pun masih tertekan, di kisaran US$ 2.020 – US$ 2.180 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News