Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) 2017 senilai Rp 20 triliun. Dana belanja ini termasuk untuk anak usaha mereka yang tidak terkonsolidasi senilai Rp 5 triliun. Belanja modal tersebut setara anggaran 2016.
ASII menyiapkan belanja modal untuk anak usaha terkonsolidasi sebesar Rp 15 triliun, yang digunakan untuk berbagai lini bisnis. Mulai agribisnis, alat berat, pengembangan gerai, hingga proyek infrastruktur.
"Sedikit breakdown, sebesar Rp 2,2 triliun untuk agribisnis, sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 6 triliun untuk PT United Tractors Tbk (UNTR) terutama untuk alat-alat berat, dan pengembangan outlet di Astra senilai Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun," ungkap Presiden Direktur ASII Prijono Sugiarto, Jumat (24/2).
Ada juga sejumlah proyek infrastruktur yang akan digarap Grup Astra secara bertahap. Contoh, jalan tol ruas KertosonoMojokerto, dengan nilai investasi Rp 4 triliun. Kemudian tol ruas KunciranSerpong.
Untuk pendanaan belanja modal, ASII tidak akan menghimpun lewat aksi korporasi maupun pinjaman perbankan. Mereka hanya mengandalkan kas internal untuk menyokong pendanaan belanja modal tahun ini. "Kami akan memakai internal cashflow karena posisi keuangan kami masih kuat," kata Prijono.
Sebelumnya, KONTAN memberitakan, ASII mengalokasikan dana Rp 6 triliun untuk pengembangan bisnis properti dan infrastruktur. Dana tersebut akan digunakan antara lain untuk mengakuisisi 40% saham PT Bhaskara Utama Sedaya dari PT Interra Indo Resources.
Aditya Srinath, Analis JP Morgan, menilai, ada beberapa katalis positif yang bakal memengaruhi harga saham ASII tahun ini. Sentimen positif itu, misalnya, penjualan kendaraan bermotor roda dua dan empat yang berpotensi naik. Kemudian, kinerja anak perusahaan ASII, seperti UNTR dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), serta lini usaha jasa keuangan.
"Kami memprediksikan, ada kontribusi yang kuat dari setiap divisi kendaraan, minyak kelapa sawit, dan alat berat Grup Astra," kata Aditya dalam riset yang dirilis Rabu (22/2).
Meski demikian, Aditya menyebutkan, ada beberapa hal yang mungkin bisa menjadi risiko bagi saham ASII ke depan. Ambil contoh, masalah kualitas aset yang berkepanjangan dari PT Bank Permata Tbk (BNLI) serta kompetisi yang semakin sengit. Ini bisa berdampak pada raihan laba maupun market share Grup Astra di lini bisnis jasa keuangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News