Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kinerja keuangan sebagian emiten Grup Astra melempem sepanjang tahun lalu. Hal tersebut sejalan dengan pelambatan ekonomi, gejolak nilai tukar dan penurunan harga komoditas.
Belum semua anggota Grup Astra merilis kinerja, termasuk sang induk PT Astra International Tbk (ASII). Dari beberapa emiten Grup Astra yang sudah mempublikasikan laporan keuangannya, perlambatan paling tajam terjadi di PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
Laba bersih emiten perkebunan ini merosot tajam hingga 75,2% year-on-year (yoy) menjadi Rp 619 miliar. Pendapatan AALI menyusut 19,9% (yoy) menjadi Rp 13,05 triliun.
Di saat yang sama, rugi selisih kurs meningkat hingga empat kali lipat dari sebelumnya Rp 126,6 miliar menjadi Rp 580,36 miliar. Lalu bisnis penjualan spare part Grup Astra juga merosot tajam.
Lihat saja laba bersih PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) yang anjlok 63,3% (yoy) menjadi Rp 318,5 miliar sepanjang 2015. Ini terutama akibat merosotnya bagian laba bersih AUTO dari entitas asosiasi dan ventura bersama menjadi Rp 31,5 miliar, dari sebelumnya Rp 487,7 miliar.
Padahal pendapatan usaha AUTO hanya turun 4% menjadi Rp 11,7 triliun. Penurunan kinerja diperparah meningkatnya beban keuangan sebesar 77,7% (yoy) menjadi Rp 173 miliar.
Bisnis alat berat PT United Tractors Tbk (UNTR) juga terpuruk. Penjualan alat berat emiten ini anjlok 39,5% (yoy), dari 3.513 unit di tahun 2014 menjadi 2.124 unit pada tahun lalu. Kinerja anak usaha UNTR di sektor konstruksi, yakni PT Acset Indonusa Tbk (ACST), juga merosot tajam.
Laba bersih ACST turun 60% (yoy) menjadi Rp 41,9 miliar. Pendapatan ACST tahun lalu stagnan di Rp 1,1 triliun. Namun, membengkaknya beban perusahan mulai dari beban penjualan, beban administrasi dan beban keuangan menyebabkan laba bersih terkoreksi tajam.
Sementara bisnis percetakan Grup Astra masih tumbuh, meski tipis. Laba bersih PT Astra Graphia Tbk (ASGR) naik 1,8% (yoy) menjadi Rp 265,12 miliar. Pendapatan usaha sebenarnya tumbuh 15,8% (yoy) menjadi Rp 2,65 triliun.
Tipisnya laba bersih ASGR lantaran tahun lalu tidak ada keuntungan dari investasi pada pengendalian entitas bersama. Tahun sebelumnya, pos ini mencatatkan keuntungan Rp 43,3 miliar.
ASGR juga harus menelan rugi kurs Rp 7,5 miliar. Pada 2014, ASGR untung kurs Rp 3,5 miliar. Bisnis pembiayaan Grup Astra di sektor kendaraan roda empat juga melambat. Sementara pembiayaan kendaraan roda dua tumbuh.
Laba bersih PT Astra Sedaya Finance turun 11,9% (yoy), adapun laba bersih PT Federal International Finance meningkat 15,2% (yoy).
Prospek Tahun Ini
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menilai, pelambatan kinerja Grup Astra akibat perlambatan ekonomi, gejolak nilai tukar dan koreksi harga komoditas sepanjang tahun lalu. "Kinerja AALI turun karena harga CPO merosot, ditambah beban bunga yang harus ditanggung karena tekanan kurs," tutur dia.
Sedangkan pelambatan di bisnis sparepart akibat tekanan ekonomi dan penurunan bisnis alat berat. Kendati tahun lalu melambat, Hans memperkirakan, kinerja Grup Astra pada tahun ini masih bisa tumbuh.
Dia memprediksi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tahun ini membaik karena harga sudah di level bottom. Hanya saja, kenaikan tersebut tidak signifikan.
Senada, Analis Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menilai bisnis Grup Astra tahun ini akan tumbuh. Perbaikan ekonomi akan mendongkrak daya beli masyarakat sehingga bisnis otomotif dan komponen pendukungnya akan tumbuh.
Adapun bisnis UNTR, menurut William, akan diuntungkan prospek bisnis konstruksi yang cukup bagus tahun ini. Dia merekomedasikan buy AALI dengan target Rp 20.000 per saham, serta hold UNTR, ASGR dan AUTO.
Adapun Hans merekomendasikan buy UNTR, ASGR dan ASII dengan target masing-masing Rp 21.000 dan Rp 2.150 dan Rp 7.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News