kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Goncangan pasar saham mereda


Kamis, 19 September 2013 / 06:11 WIB
Goncangan pasar saham mereda
ILUSTRASI. Nyeri sendi lutut.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina, Dessy Rosalina | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Satu biang keladi ketidakpastian pasar mulai berkurang. Hari ini, para pelaku pasar akan mendapat kepastian soal nasib program stimulus ekonomi Amerika Serikat (AS).

Hasil survei Bloomberg terhadap 64 ekonom menggambarkan, Bank Sentral AS (The Federal Reserve) akan menggunting stimulus alias quantitative easing (QE) III sebesar US$ 5 miliar-US$ 10 miliar. Alhasil, gelontoran dana dari Negeri Uwak Sam akan berkurang dari US$ 85 miliar per bulan menjadi US$ 75 miliar-US$ 80 miliar per bulan.

Keputusan The Fed memangkas stimulus, jelas akan berimbas ke pasar. Termasuk, menentukan arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Analis yakin, kepastian dari The Fed soal program stimulus ekonomi AS, secara fundamental telah mengurangi goncangan di bursa saham.

Atas dasar itu, beberapa sekuritas pun menaikkan target IHSG hingga akhir tahun ini. Ambil contoh, Mandiri Sekuritas yang mendongkrak target IHSG ke level 5.000 dari sebelumnya 4.200.

John Daniel Rachmat, Kepala Riset Mandiri Sekuritas bilang, AS masih dalam fase pemulihan. Ekonomi AS juga masih jauh dari fase ekspansi. "Jadi tidak akan ada pengetatan yang agresif," tutur dia.

MNC Securities juga mengatrol proyeksi IHSG, dari semula 4.560 menjadi 4.800 di akhir tahun ini. Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities menilai, strategi pemerintah dan Bank Indonesia untuk menahan kaburnya arus hot money cukup memadai. Upaya itu diantaranya, memperbarui perjanjian bilateral swap arragement (BSA) dengan beberapa negara seperti Jepang, serta kebijakan menaikkan bunga acuan. Pemerintah juga terlihat berupaya mengerem defisit neraca transaksi berjalan di 3% dari produk domestik bruto (PDB).

Hanya saja, sejumlah analis mengingatkan, masih ada batu sandungan lain bagi IHSG. Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia menyebutkan, faktor domestik, seperti pelemahan rupiah dan keseimbangan neraca transaksi berjalan yang memburuk, bisa menghambat laju IHSG.

Satrio juga menilai, dampak strategi pemerintah baru terlihat dalam jangka menengah. Karena itu, Universal Broker mempertahankan target IHSG di level 4.400-4.600.

Analis Recapital Securities, Agustini Hamid, malah memangkas target IHSG dari semula 5.000-5.300 ke level 4.800. Menurut dia, potensi pelemahan rupiah masih cukup besar dan ini bisa menekan IHSG.

David N. Sutyanto, analis First Asia Capital juga memilih mempertahankan target IHSG di 4.500-4.600. "Sebaiknya wait and see dulu melihat dampak dari hasil rapat The Fed," ungkap dia.

Meski begitu para analis kompak menyarankan investor untuk mencermati saham-saham sektor perbankan, semen, konstruksi dan infrastruktur di sisa tahun ini. Saham-saham sektor tersebut berpotensi menghijau hingga akhir tahun ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×