Reporter: Narita Indrastiti, Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Pemerintah memastikan rencana penerbitan obligasi dalam valuta asing di tahun ini. Masing-masing adalah obligasi berbasis syariah dalam dollar AS, alias sukuk global, serta obligasi yang akan diterbitkan di Jepang, atau samurai bond.
Dua obligasi itu akan dirilis pada kuartal keempat tahun ini. Penjamin emisi kedua surat utang itu sudah ditentukan. Robert Pakpahan, Pjs Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, menyebut, tiga underwriter sukuk global adalah Deutsche Bank, HSBC dan Standard Chartered.
Sementara pada penerbitan obligasi berdenominasi yen, pemerintah menunjuk Sumitomo Mitsui Financial Group (SMBC) Nikko Securities dan Mizuho Securities. Namun, pemerintah masih belum bisa menentukan target indikatif dari penjualan ini.
Menurut Robert, yield Surat Berharga Negara (SBN) termasuk global bond masih akan berada di rentang yang stabil yakni sekitar 4%-6,8%. Meski terus turun, yield obligasi pemerintah ini dianggap masih lebih seksi dibandingkan dengan negara lain seperti Jepang dan Amerika.
"Yield obligasi di Amerika hanya 1,4% dan di Malaysia sebesar 3% untuk tenor satu sampai 30 tahun. Imbal hasilnya masih akan landai namun tetap kompetitif," kata Robert, Jumat (21/9).
Likuiditas global yang cukup besar akan meningkatkan minat investor dalam menempatkan dana di obligasi. Apalagi, yield obligasi yang diberikan pemerintah Indonesia lebih kompetitif dibandingkan pemerintah negara lain. Robert menuturkan, saat ini surat utang yang diterbitkan negara emerging market akan diburu investor.
Peminat besar
Menurut Robert, dana hasil obligasi akan digunakan sebagai sumber pembiayaan pemerintah. Target penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) secara bruto dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 senilai Rp 270,4 triliun. Hingga 11 September, SBN yang sudah diterbitkan senilai Rp 206,8 triliun, atau setara 76,48% dari target SBN bruto.
Perinciannya, Rp 161,2 triliun merupakan Surat Utang Negara (SUN) dan Rp 45,5 triliun merupakan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk global. Artinya, pemerintah masih perlu memenuhi kebutuhan pendanaan senilai Rp 63,6 triliun lagi.
Secara netto, pemerintah telah merealisasikan utang sebesar Rp 131,9 triliun, dari target Rp 159,6 triliun.
Selain global bond, pemerintah masih mempunyai opsi penerbitan obligasi negara ritel seri 009 dan lelang SBN konvensional. "Kami yakin dengan kondisi pasar saat ini, kami bisa mencapai target tersebut," kata dia.
Luis Susanto, Analis Obligasi Peak Securities optimistis, obligasi global milik pemerintah akan diminati pasar. Ia beralasan, yield yang ditawarkan obligasi Indonesia lebih tinggi daripada obligasi terbitan negara lain.
Lana Soelistianingsih, Ekonom PT Samuel Sekuritas menuturkan, kehadiran quantitative easing ketiga (QE-3), mengalirkan likuiditas segar di pasar.
Namun, dia memperkirakan, minat terhadap obligasi Indonesia yang terbaru tidak sebesar obligasi terdahulu. Selama 2009-2010, pemerintah telah menerbitan samurai bond, yang nilainya masing-masing ¥ 30 miliar dan ¥ 60 miliar.
"Sentimen dari Eropa saat ini buruk," ujar dia. Prospek yang sama berlaku untuk sukuk global. Prediksi Lana, kupon sukuk global bisa lebih rendah 25 basis poin daripada kupon sukuk terdahulu. Kupon sukuk global bertenor tujuh tahun, saat ini, 4,4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News