Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Mata uang Garuda melanjutkan penguatan menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Aksi wait and see menjelang pengumuman The Fed melambungkan rupiah di tengah sepinya sentimen dalam negeri.
Di pasar spot Rabu (28/10), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menguat 1,05% ke level 13.480. Namun kurs tengah rupiah di Bank Indonesia (BI) melemah tipis ke 13.630 dari hari sebelumnya 13.626.
Trian Fathria, Research and Analyst Divisi Treasury Bank BNI, mengatakan, aksi wait and see menjelang FOMC mendominasi pergerakan rupiah. "Potensi hasil rapat bearish mengakibatkan pelaku pasar cenderung masuk ke mata uang emerging market, termasuk Indonesia," ujar Trian.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III-2015 diprediksi turun. Ini turut membatasi pergerakan USD. Hal ini membuat rupiah perkasa tanpa dukungan sentimen dalam negeri.
Pada Kamis (29/10) Trian menduga, rupiah berpotensi kembali menguat. Sentimen luar seperti hasil FOMC dan produk domestik bruto (PDB) AS masih akan terus mempengaruhi rupiah.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, mengatakan, ada beberapa sentimen eksternal yang mempengaruhi pergerakan rupiah, seperti pemangkasan suku bunga acuan China, peningkatan program stimulus Zona Euro dan turunnya data penjualan rumah baru dari AS.
Dari dalam negeri, Andri menilai, kunjungan Presiden Joko Widodo ke AS sukses, karena Indonesia bergabung dalam perjanjian Trans Pacific Partnership. Stimulus ekonomi pemerintah hingga jilid V juga positif bagi rupiah.
"Namun pernyataan FOMC Rabu malam patut menjadi perhatian," papar Andri. Kamis (29/10), Andri memprediksi rupiah bergerak di kisaran 13.400-13.650. Sedangkan Trian memperkirakan, rupiah bergerak di kisaran 13.350-13.550.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News