kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Generasi milenial, segeralah berinvestasi


Rabu, 17 Januari 2018 / 13:29 WIB
Generasi milenial, segeralah berinvestasi
ILUSTRASI. Ilustrasi Reksadana


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai karyawan milenial, apakah Anda sudah tahu manfaat berinvestasi? Jika sudah, apakah sudah mulai berinvestasi?

Melvin Mumpuni, Perencana Keuangan Finansialku.com menemukan fakta, ternyata delapan dari 10 karyawan milenial belum berinvestasi. Padahal, mereka sudah tahu manfaatnya.

Contohnya, Dian Hapsari (26). Meski sudah bekerja hampir empat tahun sebagai karyawan swasta, namun ia mengaku belum berinvestasi sampai saat ini. Padahal, ia tahu betul apa itu investasi. Menurutnya, investasi itu sama seperti menabung, tetapi investasi lebih ke jangka panjang.

Dian mengaku, sampai saat ini masih memikirkan risiko investasi, sehingga menghambat langkahnya untuk mulai memikirkan tabungan jangka panjang yang ia maksud.

“Belum menemukan produk investasi yang tepat untuk dijalani. Masih terlalu banyak mikirin risiko. Takut salah pilih produk investasinya,” ujar Dian.

Padahal, Dian tertarik dengan investasi lewat reksadana. Banyak rekannya yang sudah berbagi informasi seputar reksadana. Hanya saat ini ia masih belum tahu alur kerjanya seperti apa. “Masih takut juga kena tipu. Takut penyedianya itu bodong,” ujar Dian.

Salah kaprah

Menurut pengamatan Melvin, ada lima penyebab kaum milenial masih enggan berinvestasi. Pertama, modal besar. Nyatanya masih banyak kaum milenial yang menganggap investasi itu untuk orang kaya, sehingga butuh modal besar. Bahkan sebagian dari mereka menyatakan gajinya kecil, sehingga susah jika mau berinvestasi.

“Justru karena gaji masih kecil, maka Anda harus menambah pengasilan. Investasi adalah satu dari tiga jenis cara menambah penghasilan,” ujar Melvin.

Kedua, risiko tinggi. Banyak pemula yang berpikir risiko investasi itu tinggi. Ya memang jelas, semua produk investasi itu punya risiko. Akan tetapi, jika tidak berinvestasi pun Anda tetap berisiko. Misalnya tak bisa mengejar tujuan Anda.

Ketiga, Investasi itu pasti rugi atau uang hilang. Padahal tidak seperti itu, malah justru ketika anda mendiamkan uang Anda, nilai uang  akan berkurang akibat inflansi.

Keempat, ada banyak biaya tambahan. Sebenarnya tidak semua investasi punya biaya tambahan. Walaupun sebagian besar ada biaya administrasi, platform, biaya data, dan lain sebaginya. Namun, ada pula yang tidak mengenakan biaya itu misalnya reksadana.

Kelima, uang dikunci atau tidak bisa diambil. Pada kenyataanya banyak investasi yang bisa anda cairkan dalam waktu dekat. Contohnya saja reksadana bisa dicairkan satu hari setelah dibeli.

Nah, untuk mendorong para milenial berinvestasi, Melvin menyebut, mereka harus tahu dulu tujuannya apa. Misalnya saja milenial yang lahir tahun 1986 hingga 1994, butuh dana buat menikah atau membayar uang muka rumah, bisa menjadikan itu motivasi untuk berinvestasi.

Selanjutnya, harus meningkakan pengetahuan soal investasi tersebut. Coba cari tahu untuk bisa meraih tujuan tersebut bisa dengan menggunakan investasi jenis apa. “Ibarat mau nge-gym, mereka yang mau mencoba investasi harus punya personal trainer. Bisa dengan datang ke financial planner,” jelas Melvin.

Melvin mengingatkan, justu di usia awal inilah mereka harus segera berinvestasi. Karena jika mereka sudah di puncak karir, mereka tidak bisa coba-coba lagi. Lebih baik jatuh di usia awal, ketimbang jatuh ketika sudah berada di puncak.

“Usia di bawah 35 itu harusnya sudah mulai investasi. Usia 35-40 tahun itu sudah masuk akselerasi. Jadi sekarang waktunya belajar,” imbuh Melvin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×