Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kinerja PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) tumbuh mentereng tahun lalu. Pertumbuhan SILO diprediksi masih bisa berlanjut pada tahun ini.
Pendapatan emiten rumahsakit ini naik 24% jadi Rp 5,16 triliun dari Rp 4,14 triliun tahun sebelumnya. Laba bersih SILO melonjak 59% menjadi Rp 94,09 miliar, dari sebelumnya Rp 61,70 miliar.
Peningkatan pendapatan didorong dari naiknya pertumbuhan pasien admisi rawat inap mencapai 18% dan blended rawat jalan mencapai 19%. Utilisasi tempat tidur juga naik dari sebelumnya 60% menjadi 64%. Rata-rata pendapatan per pasien rawat inap meningkat 4% dan pasien rawat jalan naik 6%.
Tapi Analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi mengatakan, margin kotor SILO hanya naik tipis 1,06% menjadi 29,45%. Margin laba bersih turun dari 1,7% menjadi 1,6%.
Toh, analis menilai prospek bisnis SILO masih cerah, didorong rencana ekspansi rumahsakit hingga 50 unit di 2019. Tahun lalu SILO menyelesaikan ekspansi tiga rumahsakit. "Tahun ini diharapkan delapan rumahsakit rampung," ungkap Akhmad dalam riset, Kamis (2/3).
Kontribusi pendapatan rumahsakit lama turun menjadi 51% dari 53% tahun sebelumnya. Porsi rumahsakit baru naik menjadi 35% dari 29%.
SILO berpeluang bisa mengantongi pendapatan tambahan lagi jika melayani BPJS. Salah satu keuntungannya adalah potensi kenaikan volume pasien yang menjadi pengguna BPJS. SILO sudah mendaftarkan tiga rumahsakit agar bisa menerima BPJS.
Analis BCA Sekuritas Jennifer Yapply mengatakan, penambahan rumahsakit akan meningkatkan volume pasien 10,4% tahun ini. Average sales price (ASP) juga naik 3,5%. "Hal ini yang menjadi tulang punggung pertumbuhan SILO tahun ini," kata Jennifer.
Jennifer mencatat adanya efisiensi biaya dan naiknya utilisasi penggunaan peralatan medis tahun ini. Alhasil, margin EBIT akan naik menjadi 5,8% tahun ini, dari tahun lalu 5,6%.
Analis Yuanta Securities Vanessa Karmajaya mengatakan, bed occupancy rate (BOR) SILO pada tahun ini masih akan bertahan di level 60%. "SILO akan menambah 600 tempat tidur yang beroperasi pada tahun ini," kata dia.
Vanessa melihat, manajemen SILO juga yakin tiga rumahsakit baru yang dibangun di Yogyakarta, Bogor, dan Bekasi dapat mengisi pundi keuntungan pada tahun ini. Ketiga rumahsakit itu masih menunggu izin operasional.
Tapi Vannesa masih meragukan beberapa rumahsakit, seperti di Yogyakarta, yang sempat tertunda sejak 2015 lalu. Jika gagal beroperasi, ini bisa membebani kinerja perusahaan pada tahun ini.
Tapi Vanessa masih melihat SILO masih bisa tumbuh positif. Sehingga dia masih menetapkan rekomendasi buy untuk SILO dengan target harga Rp 13.200 per saham.
Sementara Jennifer masih merekomendasikan sell untuk saham SILO dengan target harga Rp 10.300 per saham. Dia melihat valuasi saham SILO cukup tinggi. Dia juga melihat risiko tidak tercapainya tingkat utilisasi peralatan medis dan kemampuan menaikkan ASP.
Akhmad juga menurunkan rekomendasi SILO menjadi hold dengan target harga sebesar Rp 12.500 per saham. Pertimbangan Akhmad, valuasi SILO sudah premium dibandingkan emiten serupa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News