Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
RIYADH. Mayoritas saham di bursa Arab Saudi pada akhir pekan kemarin ditutup melorot. Dengan demikian, sudah lima hari berturut-turut bursa Arab Saudi dilanda aksi jual. Kecemasan mengenai situasi politik di negara tetangga disinyalir bisa mempengaruhi perekonomian negara Arab terbesar itu.
Asal tahu saja, akhir pekan lalu, pada penutupan pukul 15.30 waktu Riyadh, Tadawul All Share Index melorot 1,6% menjadi 6.383,88. Ini merupakan level paling rendah sejak 1 Febuari lalu. Sejumlah saham didera aksi jual hebat. Sebut saja Saudi Basic Industries Corp yang anjlok 1,7% dan Al Rajhi Bank yang mengalami penurunan terbesar dalam tiga minggu terakhir.
"Dengan meningkatnya ketegangan politik di sejumlah negara tetangga, sentimen pasar berubah negatif. Padahal, fundamental Arab Saudi masih terlihat kuat. Ini menandakan, investor masih memilih menunggu kejelasan situasi politik," jelas Fuad Aghabi, investment director Ajeej Capital di Riyadh.
Seperti diketahui, pemerintah di sejumlah negara Arab saat ini tengah digoyang oleh gerakan aktivis pro demokrasi. Tumbangnya pemerintahan di Tunisia dan Mesir menyebar ke Libya, Algeria, Yaman, dan Bahrain. Kemarin, Mesir menyetujui permintaan Iran untuk mengirimkan dua kapal perang ke Terusan Suez yang pada akhirnya mendongkrak harga minyak.
Sementara itu, pada 17 Febuari lalu, salah seorang anggota kerajaan Arab Saudi mengingatkan, negara itu juga bakal didera aksi protes, kecuali Raja Abdullah Abdul Aziz melakukan reformasi pemerintahan. "Apa yang terjadi di negara tetangga Arab termasuk Bahrain, dapat menyebar ke Arab Saudi. Bahkan kejadiannya bisa jauh lebih buruk," jelas Pangeran Talal bin Abdul Aziz kepada BBC Arabic TV.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News