Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Tatakelola perusahaan atau good corporate governance (GCG) perusahaan terbuka di Indonesia kurang memuaskan. Ini hasil GCG 97 emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dilakukan Institute for Corporate Directorship (IICD).
IICD menilai penerapan GCG emiten atas lima faktor. Pertama, kepatuhan memberi pengumuman atau transparansi. Kedua, peran pemangku kepentingan. Ketiga, tanggungjawab jajaran direksi dan komisaris. Keempat, kesetaraan perlakuan pada pemegang saham. Kelima, perlindungan emiten terhadap hak investor.
Dewan Pembina IICD Sidharta Utama menuturkan, emiten sering lalai melindungi hak pemegang saham. Contohnya, emiten tidak menyampaikan risalah rapat umum pemegang saham (RUPS) atau tidak menginformasikan prosedur pengambilan keputusan maupun hasilnya pada pemegang saham.
Ini berbeda dengan kebiasaan emiten di luar negeri yang selalu menginformasikan prosedur voting dan hasil.
Faktor kepatuhan memberikan pengumuman dan transparasi emiten Indonesia memang cukup bagus. Tapi, menurut Sidharta, emiten di Indonesia tidak terbuka mengenai struktur kepemilikan saham. Banyak emiten yang hanya mengumumkan pengendali yang punya saham langsung.
"Padahal, banyak dari mereka yang memiliki saham lewat perusahaan atau pihak afiliasinya," tutur Sidharta. Ini terlihat dari peralihan kepemilikan saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
IICD memberi skor dan memilih 30 emiten BEI dengan penerapan GCG terbaik. IICD juga membagi dalam tiga bagian, yaitu 10 besar, 20 besar dan 30 besar (lihat tabel). Namun, jurang skor penilaian 30 emiten dengan 67 lainnya sangat mencolok. "Dari lima aspek yang diteliti, secara keseluruhan, perbedaan skor antara 30 emiten terbaik dengan 67 lainnya mencapai 25 poin," jelas Sidharta.
Ini mengindikasikan penerapan GCG di Indonesia belum merata. Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menuturkan, akan memformulasikan penerapan GCG untuk emiten Indonesia.
Roadmap ini respon atas akan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN di 2015. "GCG itu penting karena menjadi salah satu faktor penentu yang bisa menarik capital inflow," ujar Muliaman.
Direktur Utama PT Kresna Asset Management Andreas Tanadjaya bilang, penelitian GCG bisa menjadi bahan rekomendasi investor. Andreas yakin, menerapkan GCG mempunyai profitabilitas tinggi. Rata-rata return on equity (ROE) 30 emiten GCG terbaik versi IICD mencapai 23%. Ini jauh lebih besar daripada ROE 67 emiten lainnya yang hanya kurang dari 15%. Rata-rata kapitalisasi pasar GCG terbaik US$ 6 miliar. Lainnya, kapitalisasi pasar US$ 2 miliar.
Daftar 10 Besar Emiten dengan GCG Terbaik | |
Nama Emiten | Kode Saham |
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk | ADMF |
PT Aneka Tambang Tbk | ANTM |
PT Bank Pembangunan Jawa Barat Banten Tbk | BJBR |
PT Bank Danamon Indonesia Tbk | BDMN |
PT Bank International Indonesia Tbk | BNII |
PT Bank Mandiri Tbk | BMRI |
PT Bank Negara Indonesia Tbk | BBNI |
PT Bank OCBC NISP Tbk | NISP |
PT Perusahaan Gas Negara Tbk | PGAS |
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk | TLKM |
Sumber : Institute for Corporate Directorship |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News