Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Meski musim panas diprediksi bertahan lebih lama dari perkiraan, harga gas alam gagal manfaatkan peluang untuk dulang kenaikan. Tekanan terbesar datang dari masih tingginya stok gas alam di Amerika Serikat.
Mengutip Bloomberg, Jumat (16/9) pukul 15.01 WIB harga gas alam kontrak pengiriman Oktober 2016 di New York Mercantile Exchange terkikis 0,68% di level US$ 2,90 per mmbtu dibanding hari sebelumnya. Walau dalam sepekan terakhir harga gas alam sudah melambung 3,94%.
Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka mengungkapkan penurunan ini terjadi karena rilis data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan kenaikan stok gas alam AS pekan lalu sebesar 62 miliar kaki kubik menjadi 3,499 triliun kaki kubik. Efeknya stok berada 9,3% di atas rata-rata level cadangan AS lima tahunan.
“Artinya sepanjang musim panas yang berlangsung beberapa waktu terakhir tidak ada kenaikan permintaan yang sebesar diharapkan pasar,” jelas Ibrahim. Tidak hanya itu, katalis negatif lainnya yang mengintai harga gas alam datang dari penurunan dalam yang diderita oleh harga minyak mentah dunia. Terpuruknya harga minyak mentah ke bawah level US$ 45 per barel jelas menyeret harga komoditas energi lainnya seperti gas alam.
Pergerakan USD juga sumbang tekanan bagi gas alam. Pasalnya kini pasar sedang mengantisipasi rilis data inflasi AS yang diprediksi akan tumbuh positif. “Jika data ini benar positif maka pasar akan semakin optimis memandang peluang kenaikan suku bunga The Fed dalam FOMC pekan depan,” tutur Ibrahim. Hal tersebut bisa membuat posisi USD kembali perkasa dan menenggelamkan harga komoditas.
Walau sedang dihimpit katalis negatif, Ibrahim menduga ada kans bagi harga gas alam untuk rebound sesaat sebelum dilaksanakan FOMC pada pertengahan pekan. Peluang rebound itu bisa datang dari prediksi cuaca yang dirilis Commodity Weather Group bahwa 48 negara bagian di AS akan lebih hangat dari suhu biasanya sepanjang 20 – 24 September 2016 mendatang.
“Perpanjangan musim panas bisa jadi harapan untuk menyerap pasokan gas alam yang tinggi,” tebak Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News