Reporter: Raka Mahesa W, | Editor: Edy Can
JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berniat belanja besar-besaran tahun depan. Emiten penerbangan itu menyiapkan capital expenditure (capex) lebih dari US$ 300 juta untuk tahun 2012.
Belanja modal tersebut lebih tinggi dibanding anggaran capex tahun ini yang nilainya US$ 125 juta - US$ 130 juta. Meski begitu, manajemen GIAA menjelaskan, angka tersebut masih jauh lebih kecil dibanding kebutuhan belanja total. “Itu arus kas keluar yang akan digunakan untuk membayar uang muka dan sewa pesawat,” kata Elisa Lumbantoruan, Direktur Keuangan GIAA, Minggu (30/10).
Rencananya, Garuda akan menambah empat pesawat Airbus 330 dan delapan pesawat Boeing 737-800. Nilai masing-masing pesawat saat ini sekitar US$ 150 juta dan US$ 90 juta. Sebagian pesawat disewa, sebagian lagi akan dibeli.
Delapan pesawat dari dua belas pesawat tersebut akan menggantikan pesawat Garuda yang lama. Jadi, rata-rata usia pesawat Garuda menjadi lebih pendek. “Pada akhir 2012, rata-rata umur pesawat Garuda 7 tahun. Saat ini sekitar 7,4 tahun,” kata Elisa.
Dengan usia lebih muda, efisiensi dan tingkat kenyamanan pesawat akan naik. Selain dua belas pesawat tersebut, GIAA juga akan menambah 18 pesawat sub-100 seater atau pesawat dengan jumlah penumpang dibawah 100 kursi.
Keputusan memilih asal negara produsen pesawat senilai US$ 40 juta ini, Brazil atau Kanada, akan keluar pada pekan kedua November. Pesawat akan melayani penerbangan ke kota-kecil yang dengan landasan pendek.
Tidak ketinggalan, perusahaan akan membeli sepuluh pesawat baru Airbus 320 untuk Citilink. Armada Citilink akan menjadi 20 pesawat pada tahun 2012. Harga setiap pesawat sekitar US$ 90 juta.
Perseroan juga akan mengembangkan anak usahanya yaitu PT Aerowisata (AWS) dan PT Garuda Maintenance Facility (GMF). “AWS akan membangun hotel di Balik Papan, Papua, Padang dan Jakarta,” kata Elisa.
Saat ini AWS memiliki hotel di Bandung, Papua, Bandung, Surabaya, Lombok serta Bali (dua hotel). GIAA juga berniat membangun satu hanggar untuk GMF di Ujung Pandang. Ini akan menjadi hanggar keempat GMF. Utang Garuda Elisa menjelaskan, kebutuhan capex akan dipenuhi dari sisa dana hasil intial public offering (IPO), arus kas internal, dan pinjaman bank.
Mengutip laporan keungan perseroan per September 2011 total utang Garuda Rp 10,87 triliun. Dengan ekuitas Rp 7,05 triliun, debt to equity ratio (DER) Garuda per September sebesar 1,54 kali. “DER perseoan masih bisa sampai lima kali,” kata Elisa.
Meski menambah armada, manajemen GIAA menjelaskan, pendapatan tidak serta merta naik. Masih banyak faktor penentu kinerja, seperti harga bahan baker.
Ni Putu Kurnia Sari, Analis Syailendra Capital memprediksi, tambahan pesawat Garuda baru berpengaruh terhadap laba di tahun 2013 hingga 2014. “Pendapatan 2012 akan bertambah tapi marginnya kecil karena ada penyesuaian biaya operasi,” kata dia.
Rencana penambahan pesawat juga tidak akan berdampak banyak terhadap pergerakan harga saham GIAA di bursa. “Investor yang sudah memegang saham Garuda harus bersabar. Kemungkinan harga saham akan tertahan karena begitu harga naik, penjamin emisi akan melepas saham yang diserap oleh mereka waktu IPO Garuda dulu,” kata Putu.
Perseroan memang harus memilih jalur pinjaman bank untuk mendanai ekspansinya. Ini akan mendongkrak lagi DER Garuda. “Tapi dengan manajemen yang lebih baik saat ini, kemungkinan mereka tidak akan mengulang sejarah gagal bayar,” kata Putu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News