Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) tengah menggarap proyek smelter alumunium senilai US$ 2 miliar di Kalimantan Utara. Adaro Minerals menargetkan proyek smelter tersebut dapat rampung tepat waktu di 2025 mendatang.
Hal ini diungkapkan Presiden Direktur ADMR Christian Ariano Rachmat tatkala kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke proyek smelter alumunium di Kalimantan Alumunium Industry pada Selasa (28/2).
Christian mengatakan, sejalan dengan visi dan misi pemerintah dalam hilirisasi mineral Indonesia, pihaknya pun berkomitmen menuntaskan proyek ini.
Smelter ini diharapkan akan memberikan dampak positif bagi Indonesia yaitu untuk mengurangi impor aluminium, memberikan proses dan nilai tambah terhadap alumina, meningkatkan penerimaan pajak negara maupun penyerapan lebih dari 6.000 tenaga kerja lokal pada fase konstruksi dan sekitar 1.500 tenaga kerja local pada fase operasi.
"Selanjutnya kami terus bekerja keras untuk mencapai target Commercial Operation Date (COD) yang direncanakan pada semester pertama tahun 2025," kata Christian dalam keterangan resmi, Rabu (1/3).
Baca Juga: Bahlil Akui Pembangunan Smelter Minim Dukungan Perbankan Dalam Negeri
PT Kalimantan Aluminium Industry yang merupakan anak perusahaan grup PT Adaro Minerals Indonesia Tbk membangun smelter aluminium di lahan seluas 600 Ha dengan kapasitas produksi aluminium pada fase pertama sebanyak 500.000 tpa aluminium.
Dalam tahapan proses produksi dan pengembangan selanjutnya, aluminium smelter Adaro ini juga akan memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan standar konstruksi modern yang ramah lingkungan.
Pembangunan smelter aluminium terus dilakukan. Perkembangan saat ini meliputi pembuatan Masterplan dan Detailed Engineering Design, serta telah menyelesaikan berbagai perizinan terkait diantaranya izin lingkungan sejak Desember 2021 dengan perluasan izin lingkungan untuk kegiatan jetty.
Tahapan pra konstruksi aluminium smelter juga telah berjalan antara lain beberapa long lead items sudah dipesan dan dibayar, serta pembangunan jetty untuk kebutuhan konstruksi sudah dilakukan. Alat-alat berat dan material juga telah masuk ke lokasi untuk pelaksanaan konstruksi.
Selain itu, peralatan utama pembangkit listrik untuk mendukung operasi alumunium ditahap pertama kini dalam tahapan fabrikasi.
Christian menegaskan, upaya KAI dalam meningkatkan ketersediaan aluminium demi peningkatan daya saing produk sumber daya alam di Indonesia ini diharapkan turut membantu pemerintah dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia serta berperan dalam mewujudkan industri yang rendah karbon untuk mencapai target Net Zero Emission Indonesia di kemudian hari.
Baca Juga: Adaro Minerals (ADMR) Anggarkan Capex US$ 90 Juta untuk Segmen Batubara Metalurgi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News