kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Garap PLTG, WIKA gandeng PLN


Senin, 12 September 2011 / 07:40 WIB
Garap PLTG, WIKA gandeng PLN
ILUSTRASI. Petugas mengambil foto penerima Bantuan Sosial Tunal (BST) pada proses pencairan di Kantor Pos Merdeka Palembang, Sumsel, Kamis (15/10/2020). ANTARA FOTO/Feny Selly/hp


Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) akhirnya menggandeng PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mengembangkan bisnis sewa pembangkit listrik berbahan bakar gas (PLTG) 20 MW rengat. Rencananya, PLTG tersebut akan dibangun di Tanah Merah, Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

Dalam rilis yang disampaikan WIKA, Minggu (11/9), kerjasama tersebut dilaksanakan WIKA bersamaan dengan perusahaan yang masuk dalam konsorsiumnya yakni PT Prastiwahyu Trimitra Engineering dan PT Navigat Energy yang terbentuk pada 4 Mei 2011. "Pembanguan PLTG itu merupakan upaya PLN Wilayah Riau dan Kepri dalam mengoptimalkan penyerapan gas yang telah ada di daerah tersebut," kata Media Reliation WIKA Yuliana Triwijayanti dalam rilis yang diterima KONTAN.

Selain itu, langkah strategis ini juga bertujuan mengganti bahan bakar minyak yang sekarang relatif mahal menjadi bahan bakar gas. WIKA dan anggota konsorsium lainnya membangun PLTG tersebut dengan sistem BOO (Build, Operate dan Own), yakni membangun, mengoperasikan dan akan memiliki pembangkit tersebut. Nantinya, PLN akan menyewa pembangkit dengan membayar atas listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tersebut.

Bahan bakar untuk membangkitkan listrik tersebut akan disediakan sendiri oleh PLN. "Adapun porsi ketiganya adalah 53:30:17 untuk WIKA, Navigat Energy, dan Prastiwahyu Trimitra Engineering. Sementara OK konstruksi kurang lebih Rp 128 miliar," ungkap Yuliana.

Jangka waktu pembangunan proyek akan berlangsung selama 180 hari, terhitung 26 Agustus 2011. Dan, untuk jangka waktu operasi proyek adalah tujuh tahun terhitung setelah proyek tersebut melakukan pengoperasian listrik (COD) yang terakhir. "Harga listrik ditetapkan sebesar Rp 335,00/kWH," ujarnya.

Sebagai catatan, saat ini WIKA telah mencatatkan kontrak baru pada semester I-2011 sebesar Rp 5,87 triliun. Sementara itu, untuk kontrak baru yang diperoleh pada Agustus 2011 senilai Rp 870 miliar. Artinya, total kontrak baru hingga Agustus 2011 mencapai Rp 6,74 triliun.

Kontrak-kontrak baru hingga Agustus 2011 tersebut diantaranya adalah Proyek Out of Pit Crushing & Conveying (OPCC) yang berlokasi di Tutupan-Tobalong Kalimantan Selatan dari Adaro Group senilai Rp 738,06 miliar, Proyek PLTGU Borang 60 MW di Sumatera Selatan senilai Rp 815,66 miliar, Proyek PLTU 2x10 MW Ketapang Kalimantan Barat senilai Rp 296,57 miliar, Bandara Sepinggan Balikpapan senilai Rp 335,9 miliar, Proyek Pembangunan Jembatan Merah Putih Ambon Rp 226,92 miliar, Proyek Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar senilai Rp 560 miliar, PLTG Rengat 20 MW Riau senilai Rp 128 miliar, dan proyek JORR W2 senilai Rp 180 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×