kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.164   36,00   0,22%
  • IDX 7.057   73,30   1,05%
  • KOMPAS100 1.054   14,06   1,35%
  • LQ45 829   12,02   1,47%
  • ISSI 214   1,30   0,61%
  • IDX30 423   6,54   1,57%
  • IDXHIDIV20 509   7,28   1,45%
  • IDX80 120   1,60   1,35%
  • IDXV30 125   0,51   0,41%
  • IDXQ30 141   1,89   1,36%

Garap bisnis hilir CPO, UNSP mencari mitra usaha


Kamis, 16 April 2015 / 07:32 WIB
Garap bisnis hilir CPO, UNSP mencari mitra usaha
ILUSTRASI. Pelayan restoran sedang menata meja makan. Ada banyak perlakuan tak sopan yang kerap dilakukan pengunjung restoran kepada para pelayan restoran.


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) kembali menggarap bisnis oleochemical atau sisi hilir minyak sawit atau crude palm oil (CPO) . UNSP tengah mencari mitra strategis demi melancarkan bisnis yang sempat dihentikan tahun lalu. UNSP berharap memegang porsi mayoritas di proyek ini.

"Negosiasi terus berjalan. Investor terus kami cari, asing atau lokal," sebut Andi W Setianto, Direktur dan Hubungan Investor UNSP, Rabu (15/4). Bisnis hilir UNSP ada di dua lokasi, yakni Tanjung Morawa seluas tujuh hektare (ha) dan Kuala Tanjung dengan lahan 74 ha.

Berdasarkan perhitungan UNSP, pengembangan Kuala Tanjung diperkirakan membutuhkan belanja modal atau capital expenditure (capex) US$ 50,27 juta. Karena itu, UNSP membutuhkan dukungan pendanaan eksternal, lantaran kondisi keuangan masih tertekan. Akhir tahun lalu, emiten perkebunan milik Grup Bakrie ini defisit Rp 2,3 triliun. Total kewajiban jangka pendek UNSP Rp 7,69 triliun, melebihi total aset lancar Rp 2,59 triliun.

Auditor menilai, kondisi ini menimbulkan keraguan signifikan terkait kemampuan UNSP menjalankan usaha. UNSP juga memiliki beberapa opsi mengatasi masalah. Pertama, kemitraan strategis, divestasi sebagian atau seluruhnya, lalu menyelesaikan dan memulai proyek oleochemical atau downstream di tahun ini.

Kedua, menata ulang atau restrukturisasi pinjaman unit usaha upstream. Ketiga, fokus produktivitas, pengendalian biaya dan manajemen kebun. Karena itu, UNSP berencana menambah produksi kelapa sawit sebanyak 20%.

Jika sampai akhir 2014, UNSP memproduksi 240.000 ton crude palm oil (CPO), tahun ini produksi UNSP bisa mencapai 288.000 ton.

Tahun lalu, lahan sawit inti tertanam UNSP 45.000 ha. Sedangkan sawit plasma 15.000 ha. Sementara jumlah lahan tertanam karet UNSP, yaitu 20.000 ha. Secara keseluruhan, usia rata-rata tanaman UNSP 15 tahun. "Jika produktivitas lebih tinggi. Biaya per unit jadi rendah," kata Andi.

UNSP juga terus negosiasi utang. "Kami negosiasi dengan Credit Suisse untuk memperpanjang tenor utang," ujar Andi. Utang pada Credit Suisse AG cabang Singapura mencapai Rp 2,14 triliun. Artinya mencapai 44,96% dari total utang jangka panjang UNSP Rp 4,76 triliun. UNSP juga sedang negosiasi utang dengan Verdant Capital Pte Ltd. Di situ, UNSP memiliki utang Rp 2,07 triliun.

Sejatinya utang ke Verdant adalah pinjaman anak usahanya yakni Agri International Resources Pte Ltd. Pada 2012, UNSP divestasi enam anak usaha yang bernaung di Agri International. Tapi hingga kini, prosesnya belum rampung. Perseroan ini juga memiliki utang ke Bank Mandiri senilai Rp 517,6 miliar dan Rp 31,57 miliar kepada Bank Capital Indonesia Tbk (BACA). Kemarin, harga UNSP stagnan di Rp 50 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×